I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pemimpin merupakan
panutan bagi pengikutnya,sehingga seorang pemimpin bertugas mengarahkan pengikutnya untuk turut serta
terlibat dalam mencapai tujuan bersama.Akan tetapi sering terjadi
kesalahpahaman mengenai tugas apa yang harus
dilakukan oleh antara
pemimpin dan pengikutnya. Dalam hal ini terdapat kekuatan kepemimpinan yang dapat
digunakan sebagai pandangan hubungan kerja yang harus dilakukan antara pemimpin
dan pengikutnya.
Karakteristik
pemimpin yang baik diantaranya memiliki hubungan dekat dengan Allah SWT.Dalam
hal ini artinya pemimpin
mempunyai dua fungsi yaitu sebagai pemimpin yang ahli beribadah kepada Allah
(Abdullah) dan mengabdi sebagai pemimpin (Khalifah) di muka bumi sebagai amanah
dari Allah untuk mengelola bumi dan alam raya ini.Untuk mewujudkan semua itu,
maka tujuan hidup manusia terbagi menjadi dua macam yaitu tujuan dalam jangka
panjang (surga) dan tujuan dalam jangka pendek (kemakmuran/duniawi).
Selain
yang telah disebutkan, adapun karakter lain dari seorang pemimpin yaitu efisien
dan sebagai penolong. Arti kata Efisiendalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) adalah ketepatan cara (usaha,kerja) dalam menjalankan sesuatu (dengan
tidak membuang waktu, tenaga, biaya); kedayagunaan; ketepatgunaan; kemampuan
menjalankan tugas dengan baik dan tepat dalam proses pengerjaannya. Menjadi
seorang pemimpin yang efisien diantaranya dengan berdakwah, membaca, suka
menolong, dan bergaul dengan baik.
Pemimpin haruslah memiliki sikap penolong.Penolong merupakan perintah Allah
SWT untuk saling tolong menolong sesama manusia dalam hal kebaikan dan
ketakwaan seperti yang tercantum dalam Q.S. Al-Maidah ayat 2 dan Q.S. Al Ashr
ayat 1-3.Perwujudan dari pemimpin yang penolong diantaranya menolong dalam
kebaikan dan ketaqwaan,tidak menolong dalam hal dosa dan kejahatan, teguh hati,
saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran.
Karakter
pemimpin perlu dibangun dengan belajar bagaimana bermoralitas yang baik. Islam
memiliki lima nilai moral yaitu tauhid (nilai kebebasan), Nikah (nilai
keluarga), hayati (nilai kemanusiaan), adil (nilai keadilan), dan amanah (nilai
kejujuran).Pemimpin mudah sekali untuk bersikap tidak bermoral
seperti yang sudah digambarkan dalam acara televisi.Masalah moral kini menjadi
masalah besar yang harus selalu dievaluasi untuk membimbing para pemimpin agar memiliki
moral yang baik. Pemimpin juga harus bekerja secara profesional.Hal
ini dapat ditunjukan dengan bekerja sesuai dengan bidang yang dikuasaainya.
Realitanya sekarang Negara-negara maju tidak mampu mengolah kekayaan yang dimilikinya
dengan baik, sehingga diperlukan pemimpin yang dapat bekerja
secara profesional.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan paper
ini yaitu:
- Mengetahui definisi mengenai kepemimpinan
- Mengetahui kekuatan kepemimpinan
- Membahas karakter pemimpin yang memiliki hubungan dekat dengan Allah
- Membahas karakter pemimpin yang efisien dan sebagai penolong
- Membahas karakter pemimpin yang bagus moralitasnya
- Membahas karakter pemimpin yang professional
II. KEKUATAN KEPEMIMPINAN
2.1 Definisi
Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi
pihak lain melalui komunikasi baik secara langsung maupun tidak langsung untuk
menggerakan orang-orang agar bersedia mengikuti kehendak pemimpinKelangsungan
proses dalam kepemimpinan melibatkan 3 faktor yaitu pemimpin, pengikut, dan
situasi (Situmorang, 2009).
Kepemimpinan adalah upaya penggunaan
jenis pengaruh memotivasi orang dalam proses pencapaian tujuanPemimpin akan
memberikan pengaruh yang meliputi nilai yang ingin dicapai, arah yang menuntun
masa depan, dan cara yang akan menentukan bagaimana tugas-tugas akan
diselesaikan (Wulandari,2003).
Kepemimpinan merupakan kemampuan
seseorang untuk meyakinkan orang lain agar orang lain itu dengan suka rela mau
diajak untuk melaksanakan kehendaknya atu gagasannya. Pondasi kepemimpinan yang
efektif adalah memikirkan visi dan misi secara jelas dan nyata (Ali, 2010).
Kepemimpinan
juga sering dikenal sebagai kemampuan untuk memperoleh consensus anggota
organisasi untuk melakukan tugas manajemen agar tujuan organisasi tercapai.
Pemimpin menetapkan tujuan, menentukan prioritas, serta menetapkan dan
memonitor standar (Hadinugroho, 2013).
2.2
Aqidah Pemimpin
Pemimpin yang bertaqwa akan selalu
berhati-hati dalam mengatur urusan rakyatnya. Pemimpin seperti ini cenderung
untuk tidak menyimpang dari aturan Allah SWT.Ia selalu berjalan lurus sesuai
dengan syari’at Islam. Ia sadar bahwa, kepemimpinan adalah amanah yang akan
dimintai pertanggungjawaban kelak di hari akhir. Untuk itu, ia akan selalu
menjaga tindakan da perkataannya ( Roeslan, 1989).
Keimanan yang kokoh merupakan
syarat mutlak seseorang untuk menjadi pemimpin dan sekaligus untuk dipilih
sebagai pemimpin.Mereka yang tidak memiliki kekokohan iman bukan saja tidak
layak menjadi pemimpin bahkan terlarang untuk dipilih sebagai pemimpin
(Suryadi, 2006).
Pemimpin dengan posisinya yang
sangat strategis dalam menetukan kemajuan dan kemunduran masyarakat sudah
seharusnya di isi oleh orang-orang dengan keimanan yang mapan dan memiliki
piranti keilmuan yang memadai. Fungsi pemimin yang sangat besar tidak mungkin
diperankan oleh orang yang integritas kehidupannya diragukan (Kaswadi, 2013).
Perpaduan antara unsur jiwa, akal,
rasa, dan kehendak akan mengarah kepada keyakinan keagamaan sehingga manusia
sudah sesuai dengan kodratnya jika selalu memperhatikan ajaran agama yang
dianutnya. Pemahaman dan pengamalan ajaran agama akan sangat bermanfaat
mengukuhkan tata nilai yang berhubungan dengan tata kehidupan pribadi,
keluarga, dan masyarakat. Seorang pemimpin perlu menjaga aqidahnya
(Adjisoedarmo, 2014).
2.3
Kecerdasan Pemimpin
Pemimpin melakukan fungsi kepemimpin sesuai dengan
bidangnya atau keahliannya. Pemimpin harus mempunyai tiga macam kecerdasan
yaitu kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual (Susanto, 2007). Pemimpin harus melayaniorang lain.
Seorang pemimpin yang efektif, adalah pemimpin yang menunjukkan kemampuan untuk
mencapai hasildengan bekerja keras dan berdedikasi tinggi.Kepemimpinan mencakup
keahlian dan seni yangmampu menginspirasi atau memotivasi orang-orang untuk
bekerja mencapai tujuan (Manurung,
2012). Kecerdasan
emosi adalahtingkat kecemerlangan seseorang dalam menggunakan perasaannya untuk
merespon keadaan perasaan dari diri sendiri maupun dalam menghadapi
lingkungannya.Pemimpin, secara khusus membutuhkan kecerdasan emosional yang
tinggi karena mereka berinteraksi dengan banyak orang baik di dalam maupun di
luar organisasi dan mereka membentuk moral karyawan (Supriyanto &
Eka, 2012).
Kecerdasan
spiritual diartikan sebagai kecerdasan yang bertumpu pada bagian dalam diri
yang berhubungan dengan kearifan di luar ego atau jiwa kesadaran.Kecerdasan
spiritual lebih berkaitan dengan pencerahan jiwa. Orang yang mempunyai SQ
tinggi mampu memaknai penderitaan hidup yang dialaminya sendiri maupun orang
lain (Andriani,2010).
2.4 Kekuatan Pemimpin
Pemimpin harus mempunyai kekuatan untuk
menjalankan amanah yang dimilikinya. Ketika pemimpin memiliki kekuatan itu maka
hubungan antara pemimpin dengan pengikutnya akan semakin erat dan tujuan yang
telah direncanakan dapat terwujud dengan baik (Asnawi, 1999).
Kekuatan akal merupakan anugerah dari
Allah SWT kepada manusia yang membuat manusia berbeda dan spesial diantara
makhluk ciptaan Allah SWT lainnya. Banyak sekali ayat-ayat dalam
Al-Qur’an mengenai syariat ( hukum – hukum ) Allah dan perintah-perintahNya selalu
disertai dengan rinci hukum sebab-akibat yang rasional. Hal ini menunjukan
bahwa Allah SWT sangat menghargai akal dan memerintahkan manusia untuk
menggunakan akalnya (Aziz, 2012).
Kekuatan imbalan sebagai motivasi yang
positif dapat memberikan pengaruh kepada sebagian besar manusia dan mendorong
mereka untuk mematuhi perintah dan pelaksanaan aturan. Imbalan sebagai motivasi
yang positif dapat memberikan pengaruh kepada sebagian besar karyawan (Dwika
dkk, 2013).
Seorang pemimpin harus mempunyai kekutan
untuk mengendalikan perasaan Para pemimpin dengan empatinya harus mampu
memahami kebutuhan para bawahannya dan memberikan feed back kepada mereka. Pemimpin yang dapat mengendalikan
perasaannya, menjalankan kontrol dan menunda kepuasan mampu menjalankan peran
sebagai model bagi para pengikut dan mereka akan menghormati para pemimpinnya
(Kahar, 2008).
2.5 Ahli Strategi
Abdullah Bin Abu Bakar Beliau adalah seorang intelijen muda yang masih
belasan tahun seperti Ali ra, ia adalah saudara kandung Aisyah ra putri dari
Abu Bakar ra. Ia mampu berkomunikasi dengan baik pada orang lainsehingga
orang-orang Qurays tidak mengetahui bahwa apa yang mereka rencanakan dan
bicarakan adalah tentang Nabi Muhammad SAW benar-benar telah disadap dan
diinformasikan kepada Rasulullah SAW(Al-Ghazali,2008).
Seorang
pemimpin harus memiliki strategi atau kiat-kiat untuk menumbuhkan kepercayaan
diri dan motivasi yang kuat kepada pengikutnya. Semangat kerja seseorang
berpengaruh pada usahanya untuk mewujudkan suatu tujuan melalui pelaksanaan
pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya (Asnawi, 1999).
Sumber Daya Manusia (SDM) yang
mempunyai etos kerja tinggi memiliki penting dalam keberhasilan suatu
organisasi dalam mencapai tujuan sehingga pemimpin perlu mengatur strategi
untuk mengarahkannya melalui manajemen sumber daya manusia yang efektif dan efisien
(Tumpubolon, 2007).
Pemimpin baik membimbing bawahannya
dengan penuh kedisiplinan namun tidak membuat membimbing bawahannya dengan
penuh kedisiplinan namun tidak membuat bawahan menjadi tegang. Pemimpin harus
mempunyai strategi yang dapat membawa perusahannya menuju kesuksesan dan
terhindar dari berbagai macam masalah, misalnya kebangkrutan (Soleh, 2012).
2.6
Fisik Pemimpin
Menghindari kemungkinan-kemugkinan buruk
yang akan muncul dari ketidak sempurnaan panca indra seorang pemimpin sangatlah
penting. Pemimpin mewakili kepentingan masyarakat banyak, karenanya untuk
kemaslahatan masyarakat yang lebih besar, maka kesempurnaan fisik seseorang
sangat diperlukan (Bisyri, 2010).
Terkait
dengan kesehatan, contohnya adalah Nabi Muhammad SAW yang pada suatu hari
pernah bergulat dengan seorang pria berbadan besar bernama Rukanah. Dari segi
fisik, Nabi Muhammad SAW kalah besar. Setelah Rasulullah mengalahkannya dalam
suatu pertandingan, Rukanah kemudian menjadi pengikut setianya (Mujani, 2011).
Islam
memberi panduan kepada manusia dalam memilih pemimpin itu salah satunya adalah
memilih orang yang sehat fisiknya serta orang yang kuat dan dapat dipercaya.
Pemimpin adalah orang yang akan mengurus orang banyak karenanya dituntut untuk
memiliki ilmu dan sehat fisiknya (Muhammad, 2008).
Tugas
terpenting dari seorang pemimpin adalah untuk memimpin orang, memimpin
pekerjaan, dan memanfaatkan sumber-sumber materil secara maksimal. Untuk
melaksanakan tugas itu dengan baik, seorang pemimpin harus memiliki kondisi
fisik yang sehat sesuai dengan tugasnya. Tugas kepemimpinan tertentu menuntut
sifat kesehatan tertentu pula (Yusuf, 2007).
2.7 Ahli Ekonomi
Abu bakar telah meletakkan dasar-dasar Islam
yang kukuh. Wafatnya pada tahun 13 H. Pada masa Abu Bakar Assidiq beliau
melaksanakan sistem ekonomi yang telah dipraktekan Rasulullah SAW ,beliau sangat
memperhatikan keakuratan perhitungan zakat
tidak berlebih atau kekurangan dalam pembayaran. Hasil zakat itu
langsung dikumpulkan di baitul mal dan di distribusikan kepada kaum muslimin
tanpa sisa (Al-Ghazali, 2008).
Kriteria pemimpin pelaku dan pengatur
ekonomi adalah pemimpi yang memulai usahanya dari kecil, menengah dan membesar.
Pemimpin seperti ini sudah sangat paham bagaimana meningkatlkan ekonomi rakyat
(Jamhuri, 2009).
Perusahaan dapat unggul dalam persaingan
karena perusahaan mempunyai komitmen untuk menciptakan dan memuaskan konsumen.
Seorang pemimpin perusahaan harus menyusun strategi yang berorientasi pada
kegiatan perekonomian (Suwito,
2003).
Strategi perusahaan merupakan garis besar
haluan perusahaan (Purbasari, 1997).
Pengendalian mutu ekonomi merupakan
revolusi pemikiran dalam bidang manajemen. Oleh karena itu, proses berpikir
seluruh pegawai harus di ubah yang semula hubungannya bersifat vertical
sekarang juga menekankan pada komunikasi horizontalbdiantara divisi agar
pengendalian mutu ekonomi berjalan dengan baik (Hasan dkk, 1989).
III.
PEMIMPIN PERSPEKTIF ISLAM
3.1 Karakter Pemimpin Islam
3.1.1 Jujur
Pemimpin yang jujur adalah
pemimipin yang amanah pada tugas yang dimilikinya dan tidak pernah membohongi
atau mengkhianati masyarakat. Menurut Dr. Marzuki, M.Ag (2007), Dalam konteks
Islam jujur disebut shiddiq). Kata shiddiq berasal dari katadasar shidq yang berarti kebenaran atau kejujuran.
Orang yang memiliki sifat jujur perkataannya selalu dapat dibuktikan dengan
perilakunya. Setiap Muslim harus selalu menjunjung tinggi kejujuran kapan pun
dan di manapun berada.Sifat dan sikap jujur dapat terlihat dalam berbagai
bentuk yaitu benar dalam bentuk perkataan, pergaulan, kemauan, janji dan
kenyataan.
Profil pemimpin yang jujur mutlak
diperlukan agar dengan kejujurannya para pemimpin bisa menyentuh hati yang
dipimpinnya, umatnya, agar bisa merubah pola pikir rakyatnya, dan
menghantarkannya menuju kemajuan, kemakmuran dan kesejahteraan. Rasulullah
dengan gemilang memberikan teladan dalam hal ini. Sejak kecil beliau telah
menjadi sosok yang dapat dipercaya dalam segala hal, bahkan musuh-musuhnya pun
(dalam hal ini kaum Quroisy) sangat percaya pada beliau.hingga bila menitipkan
suatu barang atau yang lain mereka lebih yakin bila dititipkan pada Nabi
Muhammad SAW.
3.1.2
Sabar
Menurut
Al-Khazandar (2009), pemimpin dalam menjalankan tugasnya harus mempunyai sifat
sabar. Pejuang yang telah merelakan dirinya di jalan pengorbanan tidak akan
tegih di jalan ini selama tidak memiliki sifat sabar. Golongan apaun yang
memilih jalan cobaan, maka ikatannya tidak akan bertahan lama dan tidak akan
pernah berpegang teguh dengan niatnya selama tidak saling memberi nasehat
dengan kebenaran dan saling berwasiat dengan kesabaran. Dan orang-orang yang
beriman tanpa ada pengecualian adalah yang dimaksud pada firman Allah SWT (
QS.Ali Imran : 200 ) yang artinya : “ Hai
orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan
tetaplah bersiap siaga (di perbatasan) dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu
beruntung.”
Sabar tanpa
disertai perasaan marah, keluh kesah, putus asa, dan tidak pula mengeluh.
Karena sabar rasanya pahit, maka manusia harus menjaga dan membekali diri
dengan sabar yang baik. Pemimpin bukan
setiap saat harus marah, melainkan harus menerima keadaan yang sedang dihadapi.
Pada saat mendapatkan kenikmatan harus mensyukuri dan berbagi pada yang lain
dan pada saat mengalami kesulitan tetap berusaha untuk mendapatkan kebahagiaan.
Sabar dalamarti yang lain adalah mengelola
keadaan dalam diri dan sumber daya diri sendiri. Kompetensi ini adalah menahan
emosi dan dorongan negatif, menjaga norma kejujuran dan integritas, bertanggung
jawab atas kinerja pribadi, luwes terhadap perubahan, dan terbuka terhadap
ide-ide serta informasi baru.
3.1.3
Komunikatif
Menurut Baihaqi
(2006), Komunikatif adalah komunikasi yang berhasil. Komunikasi mempunyai
cakupan makna yang lebih luas daripada sekedar apa yang seseorang ucapkan.
Komunikasi adalah tentang mendengarkan, berbicara, dan bertindak untuk
mengungkapkan perasaan dan pikiran seseorang kepada orang lain. Komunikasi
merupakan salah satu factor terpenting dalam menjalankan proses administrasi
dan interaksi antar elemen pada suatu organisasi atau lembaga baik internal
maupun eksternal. Tanpa adanya jalinan komunikasi yang baik dan benar besar
kemungkinan proses di dalam organisasi atau lembaga tersebut tidak akan dapat
berjalan dengan maksimal dan serasi sesuai dengan yang telah direncanakan. kemahiran
dalam menggugah tanggapan yang dikehendaki oleh orang lain sangatlah penting.
3.1.4 Kompeten
Pemimpin yang kompeten adalah pemimpin yang ahli dalam bidangnya. Agar
dapat menjalankan kepemimpinannya pemimpin harus mempunyai kompetensi dasar
yaitu : (1) dapat mendiagnosis, (2) mengadaptasi, dan (3) mengkomunikasikan.
Suatu pekerjaan harus diserahkan kepada ahlinya, jika tidak maka pekerjaan
tersebut akan menghasilkan sesuatu yang tidak sesuai dengan apa yang
diinginkan
(Rabawati, 2013).
3.1.5 Musyawarah
Musyawarah adalah salah satu ajaran islam yang sangat mendasar. Kata Musyawarahberarti mengeluarkan pendapat.
Orang-orang yang berperan serta dalam musyawarah harus ahli dan berkompeten,
karena hasil yang diperoleh dari musyawarah tersebut ( mufakat ) akan digunakan
dan diharapkan dapat bermanfaat bagi orang banyak. Sesuai hasil penelusuran
penulis pada Mujam al Mufahras Li Alfazh al-Qur’an al-Karim, ditemukan tiga
ayat al-Qur’an didalamnya terdapat term yang akar katanya menunjukan musyawarah
yaitu QS. Al-Baqarah (2) : 233, QS. Ali Imran (3) : 159 dan QS. Al-Syura (42) :
38.
Salah satu terjemahannnya padaQS.
Al-Syura (42) : 38
“Dan (bagi) orang-orang yang
menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka
(diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian
dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.”
Seorang pemimpin haruslah mendengar suara
yang dipimpinnya. Musyawarah lebih cocok apabila diterapkan di Indonesia karena
orang yang berpartisipasi didalamnya mempunyai keahlian yang tidak diragukan
sehingga keputusan yang di hasilkan lebih menguntungkan untuk masyarakat
(Suaidah, 2011).
3.1.6 Inspiratif
Seorang pemimpin harus menjadi seseorang
yang dapat menginspriasi orang lain. Menurut Kasali(2007), hanya pemimpin yang
akan sadar akan kapasitas sumber dayanya-lah yang bisa mengajak orang di
sekitarnya untuk berupaya lebih dan membuat nilai tambah. Hal ini juga
memungkinkan pemimpin untuk memotivasi pengikutnya secara personal sesuai
dengan kekuatan dan kekhasan pengikutnya. Pemimpin yang inspiratif membuat pengikutnya menghargai diri sendiri seperti
halnya ia menghargai organisasi,lembaga,atau perusahan dan clientnya.
Perekembangan teknologi serta globalisasi membuka kesempatan yang jumlahnya
tidak terbatas dan memberi kesempatan dalam mempermudah pemimpin untuk
menggambarkan visinya dengan kata-kata, deskripsi dan imajinasi yang mudah
dipahami oleh pengikut.
3.1.7
Rendah Hati
Rendah hati adalah tidak sombong.
Pengertian yang lebih dalamnya adalah jika kita melihat diri kita tidak
memiliki nilai lebih dibandingkan orang
lain. Orang yang rendah hati adalah orang yang menyadari bahwa semua kenikmatan
yang didapatnya bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa, ia tidak suka menonjolkan
kemampuannya. Rendah hati merupakan salah satu dari akhlak mulia, jadi sudah
selaknya semua orang bersikap rendah hati. Pemimpin tidak boleh sombong dan
menyebarkan keraguan pada masyarakat yang dipimpinnya (Rahman, 2013).
3.2
Pemimpin Religius
3.2.1 Abdullah (Ahli Beribadah
Kepada Allah SWT)
Makna yang
esensial dari kata abdullah (hamba) adalah ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan
manusia hanya layak diberikan kepada Allah SWT yang dicerminkan dalam ketaatan,
kepatuhan dan ketundukan pada kebenaran dan keadilan. Oleh karena itu, dalam
al-quran dinyatakan dengan “quu anfusakun waahlikun naran” (jagalah dirimu dan
keluargamu dengan iman dari api neraka) (Mansoer, 2004).
Sejalan dengan kelebihan dan keistimewaan yang
dimikinya itu maka Allah menegaskan
bahwa sanya tujuan
pokok diciptakannya manusia di
alam ini adalah
untuk mengenal Allah
sebagai Tuhannya serta berbakti kepada-Nya.
Dengan demikian, alur kehidupan manusia yang serasi
sebagai makhluk adalah
apabila ia dapat
mengemban tugas dan tanggung
jawabnya dengan tujuan
untuk berbakti kepada Sang Pencipta semesta, bukan
kepentingan di luar itu (Hasan,2010).
Agama islam amat istimewa hingga menjadikan seluruh kegiatan
manusia sebagai ibadah apabila diniatkan dengan penuh ikhlas karena Allah demi
mencapai keridhaan-Nya serta dikerjakan menurut cara-cara yang disyariatkan
oleh-Nya(Chundori,2012).
Memilih pemimpin orang yang beriman,
bertaqwa, dan selalu menjalankan perintah Allah SWT merupakan suatu kebenaran
karena iaakan membawa ketika pada kedamaian, ketentraman serta kedamaian dunia
dan akherat (Ancok,
1995).
3.2.2
Mempunyai Tujuan Hidup
a.Tujuan jangka pendek (kemakmuran/Duniawi)
Tujuan jangka
pendek dalam suatu kepemimpinan adalah mewujudkan Negara yang adil, makmur, dan
berada dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa (Dwiyono, 2007).
Terciptanya
masyarakat dan Negara yang adil, makmur, dan berada dalam lindungan Tuhan
sering diistilahkan sebagai masyarakat Madani. Masyarakat Madani adalah
masyarakat yang beradab,menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, yang maju
dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.Masyarakat madani dapat
diartikan sebagai suatu masyarakat yang beradab dalam membangun, menjalani, dan
mamaknai kehidupannya (Azmi,2004).
Adapun
karakteristik masyarakat Madani menurut Chundori (2012) yaitu
bertuhan,damai,tolong menolong tanpa mencampuri urusan internal individu yang
lain yang dapat mengurangi kebebasannya,toleran antar sesama,adanya
keseimbangan antar hak dan kewajiban sosial,berperadaban tinggi,dan berahlak
mulia.
Muzadi (2004)
mengatakan bahwa kesejahteraan bangsa meliputi kemerdekaan, keadilan, termasuk bidang ekonomi
dan usaha pemenuhan hajat hidup. Tidak boleh sekelompok orang diberikan hak-hak
istimewa yang sedemikian besar untuk menguasai dan mengendalikan aset-aset
milik negara.
b. Tujuan jangka panjang (surga)
Seorang muslim dalam
menjalankan kehidupannya selalu mengharapkan keridhoan Allah dan berharap
mendapat kebaikan di dunia maupun di akhirat. Seorang pemimpin juga memiliki
tujuan jangka panjang (surga). Surga adalah tempat penuh dengan kesenangan dan
kenikmatan, tanpa ada yang mengusik dan mengurangi kesuciannya (Al-Asyqar,
2005).
Lebih lanjut
definisi mengenai surga dalam A-Qur’an adalah sebuah alam yang ada didalamnya
lagi, ketika tuan rumah (Allah) mengajak anda ke taman yang ada disekitarnya,
anda menjumpai hamparan yang sama dengan yang terlihat mata dan terekam dalam
pikiran sejak zaman paling kuno (Al-Buthy, 2009).
Adapun ciri
dari penghuni surga adalah orang-orang mukmin yang tidak pernah mempersekutukan
Allah SWT dengan yang lain, atau orang-orang yang menyangkal salah satu rukun
iman, tidak diijinkan masuk surga (Sya’rawi, 2001).
Akhirat
memiliki nilai kuantitas dan kualitas yang lebih berharga dibandingkan
kehidupan dunia. Perilaku manusia dalam mencapai kesejahteraan dengan mengikuti
petunjuk Allah disebut ibadah, yaitu setiap keyakinan, sikap, ucapan maupun
tindakan yang mengikuti petunjuk Allah, baik terkait dengan hubungan sesame
manusia (muamalah) ataupun dengan pencipta (ibadah mahdhah). Jadi Islam
memiliki ajaran yang lengkap, menuntun setiap aspek kehidupan manusia dalam
mencapai tujuan hidup, ibadah adalah alat atau jalan mencapai falah
(Riyadi,2011).
3.2.3 Manusia Sebagai Khalifah di
Bumi
Tujuan
penciptaan manusia adalah sebagai “khalifah” ,“pengabdi” ,“pengemban amanah”
dan “pembangun peradaban serta kebudayaan di dunia”. Berdasarkan alur pikir
tersebut, maka tujuan pendidikan Islam yang dikehendaki di sini adalah untuk
mengaktualisasikan, membangkitkan, memperdayakan, dan memanfaatkan fitrah
manusia agar peran, fungsi, dan tugasnya diciptakan ke dunia dapat terwujud
seoptimal mungkin (Murjaya dan Abdullah, 2010).
Menurut Taufiq(1999), arti “menggantikan yang lain” yang dikandung
kata khalifah berarti
melaksanakan sesuatu atas nama yang digantikan, itu bersamanya atau tidak. Di
lain pihak, cukup dikenal pula pengertiannya sebagai wakil Tuhan di muka bumi
yang mempunyai dua pengertian. Pertama,
wakil Tuhan yang diwujudkan dalam jabatan sultan atau kepala negara. Kedua, fungsi manusia itu
sendiri di muka bumi, sebagai ciptaan Tuhan yang paling sempurna.
Kata khalifah tampaknya menunjuk kepada semacam raja muda
atau letnan yang bertindak sebagai wakil pemilik kedaulatan yang berada di
tempat lain. Dalam pidato inagurasinya, Abu
Bakar menyebut dirinya sebagai Khalifah Rasulullah yang berarti pengganti Rasulullah. (Bernard,1994).
Jika khalifah
diartikan sebagai penerus ajaran Allah maka peran yang dilakukan adalah penerus
pelaku ajaran Allah dan sekaligus menjadi pelopor membudayakan ajaran Allah SWT (Taufik,2010).
IV.
PEMIMPIN EFISIEN DAN PENOLONG
4.1
Pemimpin Efisien
Efisien adalah
menggunakan sesuatu barang dengan seperlunya tepat atau sesuai untuk
mengerjakan (menghasilkan) sesuatu (dengan tidak membuang-buang waktu, tenaga,
biaya), mampu menjalankan tugas dengan tepat dan cermat, berdaya guna, bertepat
guna (Suryana,2010).
Kecerdasan secara harfiah
dapat diartikan sebagai tingkat kecemerlangan seseorang, dan emosi sebagai
suatu gejala yang multidimensional sebagai unjuk dari tingkatperasaan yang
subyektif. Setiap orang harus
dapat menguasai kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual
(Satwiko,2005).
Kecerdasan emosi adalah
kemampuan untuk membaca dan memahami orang lain, dan kemampuan untuk
menggunakan pengetahuan untuk mempengaruhi orang lain melalui pengaturan dan
penggunaan emosi(Supriyanto & Eka, 2012).
Kecerdasan spiritual diartikan sebagai
kecerdasan yang bertumpu pada bagian dalam diri yang berhubungan dengan
kearifan di luar ego atau jiwa kesadaran.Kecerdasan spiritual lebih berkaitan
dengan pencerahan jiwa.Orang yang mempunyai SQ tinggi mampu memaknai
penderitaan hidup dengan memberi makna positif pada setiap peristiwa, masalah,
bahkan penderitaan yang dialaminya (Andriani, 2010).
4.2
Cara Menjadi Pemimpin Efisien
a.
Dakwah
Dakwah menurut pengertian bahasa (lughawi)
berasal dari bahasa Arab : da’a, yad’u, da’watan, yang berarti mengajak,
memanggil dan menyeru. Dakwah merupakan suatu proses untuk mendorong orang lain
agar memahami dan mengamalkan suatu keyakinan tertentu (Asmaya,2003)
Menurut
Ma’arif (2009), komunikasi dakwah menyampaikan pesan-pesan keagamaan dalam
berbagai tatanan agar jamaahnya terpanggil dan merasakan pentingnya nilai Islam
dalam kehidupan.
Dakwah
selalu mengalami problema.definisi problema/problematika adalah suatu
kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang diharapkan dapat menyelesaikan
atau dapat diperlukan atau dengan kata lain dapat mengurangi kesenjangan itu.
Jadi, problema adalah berbagai persoalan-persoalan sulit yang dihadapi dalam
proses pemberdayaan (Syukir, 2005).
Mengembangkan dakwah islam pada saat ini, hendaknya
dikembangkan dengan metode yang sama sebagai mana masa-masa sebelumnya, yaitu
dengan menjadikan metode dakwah Rasulallah SAW sebagai suri tauladan. Tidak
boleh berpaling sedikitpun dari metode tersebut, baik secara keseluruhan maupun dalam rinciannya, dan tanpa memperhatikan
lagi perkembangan zama(Taqiyuddin, 2012).
Tujuan Utama Dakwah
1. Mengajak Berdaya
Pemberdayaan
dengan berbagai bentuk modelnya diterapkan untuk memberdayakan orang,
masyarakat, dan organisasi, termasuk memberdayakan organisasi pemerintah.Salah
satu yang dapat membantu untuk mengaplikasikan konsep pemberdayaan dalam bahasa
teknis adalah konsep pembangunan yang digerakkan masyarakat (Wrihatnolo,2007).
Manusia
yang diberdayakan oleh pendidikan hanya mungkin diwujudkan jika lembaga-lembaga
pendidikan tersebut mempunyai otonomi, lepas dari berbagai kungkungan, baik
oleh masyarakat maupun oleh Negara.Pendidikan yang memberdayakan manusia
tentunya berkaitan erat dengan otonomi lembaga-lembaga pendidikan.Berkaitan
dengan otonomi tersebut berarti diakuinya pilihan-pilihan pendidikan oleh
masyarakat dalam bentuk pendidikan Negara dan pendidikan swasta (Tilaar, 2003).
Pemberdayaan
dapat berjalan dengan baikapabila didukung dengan baik oleh lingkungan atau
organisasi yang memberdayakan (empowered organization) yakni organisasi yang
memberdayakan peluang secara luas serta merangsang para pelakunya (manusia)
untuk mengembangkan diri dan mengeluarkan seluruh potensi dirinya secara
maksimal.Peran pemimpin sangat vital dalam memfasilitasi terciptanya lingkungan
yang memberdayakan (Goa, I. H, 2006).
2. Mencegah
Keterpurukan
Perjuangan untuk memberdayakan kaum
miskin juga merupakan penghormatan terhadap martabat manusia.Franklin Delano
Roosevelt merumuskan empat kebebasan yang diharapkan dapat dijamin dimanapun di
seluruh dunia.Ia mengharapkan, dunia masa depan adalah dunia yang didasarkan
pada empat kebebasan manusia. Pertama, kebebasan berbicara dan berpendapat
dimanapun di dunia ini.Kedua, kebebasan setiap orang untuk beribadat kepada
Allah dengan caranya sendiri.Ketiga, bebas dari kemiskinan.Keempat, bebas dari
rasa takut (Panjaitan,2000).
Cara mengatasi kebodohan dan
keterbelakangan yang menimpa kaum dhuafa ini dapat dilakukan dengan memberikan
bantuan pendidikan atau pembiayaannya, sehingga mereka dapat mengecap
pendidikan yang layak hingga perguruan tinggi.Pemberian pendidikan agama juga
diperlukan agar mereka tidak mudah dipengaruhi oleh gerakan permurtadan yang
tengah gencar direalisasikan oleh kalangan misionaris agama tertentu
(Muhsin,2004).
Tahajud akan mengawal kita untuk
lebih peduli kepada penderitaan sesama ; kemiskinan dan kebodohan adalah
penderitaan palingan akut dalam kehidupan masyarakat kita saat ini. Mereka yang
rajin tahajud, akan menghadirkan dalam dirinya tekad untuk mengabdi ke
masyarakat dengan cara merintis berbagai kemungkinan jalan keluar mengatasi kemiskinan dan
kebodohan (Thobroni,2008).
3. Mengajak
Masyarakat untuk Beriman
Amal shaleh adalah pekerjaan yang
apabila dilakukan tidak menyebabkan dan mengakibatkan mudharat (kerusakan) atau
apabila pekerjaan itu dilakukan akan diperoleh manfaan dan kesesuaian (Yani,2008).
Empat bentuk amal manusia yang dilandasi
motivasi yang salah. Pertama,orang yang melakukan amal shaleh dengan berharap
Allah akan menjaga dan mengembangkan harta yang dimilikinya. Kedua, beramal
shaleh dengan niat ingin (riya’i) ; tak ada orientasi akhirat sama sekali.
Ketiga, beramal shaleh semata-mata untuk mencari harta.Keempat seseorang yang melakukan
aneka ketaatan dengan tulus ikhlas, namun dia melakukan amal kufur yang
menyebabkan keluar dari Islam (Amirulloh,2007).
Bekerja bukan satu-satunyna jalan unttuk
menjemput rezeki. Sebab, perlu kita ketahui bahwa selain rezeki yang regular
(yang digantung), ada juga rezeki yang sifatnya istimewa, yaitu rezeki yang
dijanjikan Allah dan datangnya tidak disangka-sangkaadalah memperbanyak sedekah
(Syarbini,2004).
Pemahaman dan pengamalan ajaran agama
akan sangat bermanfaat mengukuhkan tata nilai yang berhubungan dengan tata
kehidupan pribadi, keluarga, dan masyarakat. Seorang pemimpin perlu menjaga
aqidahnya (Adjisoedarmo, 2014).
b. Membaca
Membaca adalah sebuah
keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang mahasiswa atau siapa saja yang
mempunyai tugas mengumpulkan informasi dari bahan bacaan. Untuk dapat
meningkatkan keterampilan ini, salah satu yang perlu diupayakan bersama adalah
kecepatan membaca(Munthe Bermawy, 2010).
Pengertian membaca
menurut Kholid A. H dan Lilis S (1997: 140), Membaca adalah mengemukakan atau
membunyikan rangkaian lambang – lambang bahan tulis yang dilihatnya dari huruf
menjadi kata, kemudian menjadi frasa, kalimat dan seterusnya.
Membaca Al-Quran “
Orang-orang yang membaca Al-Quran sedangkan dia mahir melakukannya, kelak mendapat
tempat di dalam surga bersama-sama dengan para Rasul yang mulia lagi baik.
Sedangkan orang yang membaca Al-Quran, tetapi dia tidak mahir, membacanya
tertegun-tegun dan tampak agak berat lidahnya (belum lancar), dia akan mendapat
dua pahala”. (HR. Bukhari dan Muslim (Al Mufidi W.A ,dkk, 2013).
Membaca buku itu ada bermacam-macam. Cara mana
yang akan Anda pilih tergantung dari tujuan membaca buku itu. Bila Anda hanya
ingin mendapatkan pandangan umum dari isi buku itu, bacalah buku itu dengan
cara yang tidak perlu intensif, lain halnya bila Anda ngin mengetahui isi buku
itu secara cermat (Rooijakkers,2007).
c. Suka Membantu
Zakat adalah rukun islam
ketiga yang merupakan kewajiban hukum bagi mereka yang memenuhi syarat-syarat
untuk membayar zakat tersebut. Namun demikian, kewajiban berzakat tersebut
tidak hanya terbatas pada mereka yang mampu secara ekonomi,tapi tercakup juga
pada hal-hal yang bersifat nonekonomi(Arifin, 2011).
Keadilan adalah merupakan
satu garis panduan minimum yang perlu dipatuhi oleh semua pihak. Dalam konteks
sistem ekonomi, Shariat Islam telah mewajibkan zakat bagi memastikan sistem
ekonomi beroperasi dengan prinsil adil. Dengan kata lain, zakat adalah
instrumen bagi memastikan wujudnya keadilan(Al-Ghazali, 2001).
Dana sedekah adalah
sebuah dana yang sangat fleksibel dalam bentuk kegunaannya, khasnya apabila ia
adalah sebuah dana sedekah umum. Penggunaan dana zakat adalah tertakluk kepada
lapan (8) kategori asnaf zakat yang ada manakala penggunaan harta wakaf dan
hasilnya adalah tertakluk kepada syarat dan tujuan pewakaf(alJumu’ah, 2000).
Bersedekah hendaknya
dapat dilakukan di segala situasi dan kondisi. Cuaca apapun yang sedang Anda
hadapi, hendaknya tidak mengurangi kegemaran Anda untuk beramal baik. Karena
amal baik dinilai senagai sedekah. Keuletan Anda untuk bertahan di segala
kondisi, di tengah himpitan masalah dan kesulitan, namun tetap bersedekah,
menjadi bukti bahwa Anda istiqomah dalam bersedekah (Thobroni,2008).
d.Bergaul Dengan Baik
Bergaul adalah salah satu
cara yang dilakukan manusia untuk bersosialisasi dengan sesama manusia dan
bergaul sudah menjadi suatu kebutuhan bagi setiap manusia.Seperti yang
dituliskan pada Al-Quran yang berbunyi: “Maka
dari itu, janganlah perbedaan menjadi penghalang kita untuk bergaul atau bersosialisasi
dengan lingkungan sekitar kita. Anggaplah itu merupakan hal yang wajar,
sehingga kita dapat menyikapi perbedaan tersebut dengan sikap yang wajar dan
adil. Karena bisa jadi sesuatu yang tadinya kecil, tetapi karena salah
menyikapi, akan menjadi hal yang besar. Itulah perbedaan. Tak ada yang dapat
membedakan kita dengan orang lain, kecuali karena ketakwaannya kepada Allah SWT”
(QS. Al_Hujurat: 13).
Semakin banyak anda
berhubungan dengan orang lain, semakin besar potensi anda untuk memengaruhi dan
dipengaruhi secara positif oleh orang lain(Maxwell, 2012).
Keterampilan bergaul atau
berinteraksi dengan orang orang lain
juga merupakan bagian dari kecerdasan emosional. Dan tentunya hal ini sangat
penting bagi seorang pemuda, bagai mana seharusnya bergaul dan berinteraksi
dengan orang lain. Layaknya seorang pemuda, selain memiliki pikiran mulia juga
harus disertai dengan pergaulan yang positif agar mampu menjadi teladn bagi
pemuda yang lainnya (Al Mufidi W.A ,dkk. 2013)
.
4.3 Pemimpin Sebagai Penolong
Pemimpin adalah pelayan,
penolong, memiliki kemampuan untuk membimbing (Darmawan, 2006).Perintah allah
untuk saling tolong-menolong sesama manusia dalam hal kebaikan dan ketaqwaan
tercantum dalam QS. Al-Maidah ayat 2 yang artinya Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar
Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu)
binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula)
mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia
dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji,
maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu
kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu
berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat
siksa-Nya( Al-Qur’an dan terjemahan, 1998 )
Menurut Mahmud (2004) yang dimaksud dengan
tolong-menolong dan bantu-membantu ialah akhlak kemasyarakatan yang tinggi yang
diwajibkan oleh Islam terhadan kaum muslimin,seperti dalam firman –Nya : “Demi
masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasihat-menasihati supaya menaati
kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran” (Q.S. Al-‘Ashr
:1-3).
a.
Penolong dalam Kebaikan dan Ketaqwaan
Menurut
Yusmansyah (2008) saling menolong hanya boleh dilakukan dalam kebaikan.Allah
SWT melarang tolong menolong dalam berbuat kejahatan. Misalnya, menolong teman
berdusta pada orang tuanya,saling membantu dalam menyontek ketika ulangan,
membantu mencuri dan sebagainya. Contoh
tolong-menolong yang diperbolehkan misalnya ketika ada teman yang kurang
memahami pelajaran, kita harus membantunya dalam belajar.
Tolong
menolong yang benar menirut syar’I adalah tolong-menolong dalam menegakkan
kebenaran dan dalam melenyapkan kebatilan. Bahkan tidak diperbolehkan bagi
seorang muslim untuk bersikap masa bodoh terhadap saudaranya dalam menghadapi
medan perjuangan, baginya adalah kewajiban untuk selalu mendampinginya dalam
keadaan bagaimanapun dan harus membantunya jika saudaranya mendapat serangan (
Jarror,2005 ).
Memohon
pertolongan kepada Allah itu harus diwujudkan dalam tindakan tolong-menolong
dalam hal ketaatan pada kebenaran, tolong menolong dalam hal-hal yang baik dan
memberikan manfaat dalam kehidupan, saling berbelas kasih dan saling member
(give and give) ( Chodjim,2008).
Berlomba-lomba dalam kebaikan maksudnya adalah
bersungguh-sungguh untuk memperbanyak amal kebaikan, serta berupaya mengajak
orang-orang untuk banyak melakukan kebaikan, keshalihan dan ketaqwaan tanpa bermaksud
merugikan pihak lain ( Ad-Dahduh,2006).
b.
Tidak Menolong dalam Hal Dosa dan Kejahatan
Menurut Duwaisy (2009), yang mengandung
unsur tolong-menolong dalam hal berbuat
dosa dan pelanggaran salah satu contohnya yaitu menabung di bank-bank yang
bermuamalah dengan riba. Misalnya,mentransfer dana keluar negeri dan dalam
negeri yang didalamnya mengandung kemaslahatan bagi kaum muslimin.
Islam
memberlakukan hukum yang sama dengan hukum pelaku kejahatan dan pelanggaran
awal kepada pengguna, penyewa, penadah, maupun penyalur barang-barang illegal
termasuk obat-obatan. Termasuk dalam hal ini pemasokan obat yang menyalahi
prosedur dan peraturan, kolusi penipuan terhadap jaminan kesehatan oleh
karyawan yang bukan haknya karena memang tidak sakit (Utomo,2009).
Korupsi masal merupakan tindakan
tolong-menolong dalam hal kejahatan.Korupsi adalah semua tindakan yang merusak
serta menggoyahkan kehidupan masyarakat luas.Disini korupsi didefinisikan
sebagai sebuah kejahatan keuangan, penyalahgunaan penggunaan uang untuk kepentingan
pribadi atau orang tertentu (Napitupulu,2010).
Tidak ada seorangpun yang sempurna dalam hidup
ini.Setiap orang pasti punya kekurangan dan kelebihan masing-masing. Oleh
karena itu setiap orang harus berkomunikasi dan bersinergi dengan orang lain, agar
terwujud kebaikan untukkedua belah pihak. Karena itulah Allah dan Rasul-Nya
mengajarkan kepada setiap orang beriman untuk senantiasa saling tolong-menolong
dalam kebaikan dan saling member nasehat dalam kebenaran (El-Sutha,2009).
c. Menolong Agar Manusia Tidak Rugi Dengan Iman
Orang beriman akan senantiasa mengingat Allah
secara total dan diwujudkan dalam bentuk zikir pada lisannya sehingga selalu
ada control antara hati dan lisan (Sholikhin,2009).
Membaca, mendengarkan, dan merenungkan ajaran
agama dan kepercayaan orang beriman mengalami sapaan Tuhan, yang membuat orang
mendapatkan ketenteraman dan keteguhan hati, dapat mengatasi gejolak jiwa, dan
dapat mengatasi kegelisahan hidupnya (Darmiarti,2006).
Menurut Misrawi (2010) substansi dari kata
asyidda’ sebenarnya bisa diekspolrasi secara lebih tepat, bahwa yang dimaksud
dalam ayat tersebut adalah potensi yang didalamnya terdapat keberanian dan
keteguhan hati untuk melawan musuh yang menebarkan kezaliman.Dan kata tersebut
bisa disempitkan hanya menjadi kekerasan yang dilakukan secara serampangan dan
semena-mena.
Dalam surat
An-Nahl ayat 97,Allah SWT berfirman :
“Barangsiapa
yang mengerjakan amal soleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan
beriman, maka sesungguh-nya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan
sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik
dari apa yang telah mereka kerjakan.” (Binjai,2006)
d. Menolong Masyarakat Untuk Beramal Sholeh
Salah satu keharusan terpenting yang harus
diwujudkan oleh setiap mukmin adalah beramal shaleh.M. Quraish Shihab dalam
bukunya Wawasan Al-Qur’an menyatakan bahwa kata shaleh terambiul dari kata
shaluha yang merupakan lawan dari fasid (rusak). Amal shaleh adalah pekerjaan
yang apabila dilakukan tidak menyebabkan dan mengakibatkan mudharat (kerusakan)
atau apabila pekerjaan itu dilakukan akan diperoleh manfaan dan kesesuaian
(Yani,2008).
Empat bentuk amal manusia yang dilandasi
motivasi yang salah. Pertama,orang yang melakukan amal shaleh dengan berharap
Allah akan menjaga dan mengembangkan harta yang dimilikinya. Kedua, beramal
shaleh dengan niat ingin (riya’i) ; tak ada orientasi akhirat sama sekali.
Ketiga, beramal shaleh semata-mata untuk mencari harta.Keempat seseorang yang
melakukan aneka ketaatan dengan tulus ikhlas, namun dia melakukan amal kufur
yang menyebabkan keluar dari Islam (Amirulloh,2007).
Bekerja bukan satu-satunyna jalan unttuk
menjemput rezeki.Sebab, perlu kita ketahui bahwa selain rezeki yang regular
(yang digantung), ada juga rezeki yang sifatnya istimewa, yaitu rezeki yang
dijanjikan Allah dan datangnya tidak disangka-sangka adalah memperbanyak
sedekah (Syarbini,2004).
Pemahaman dan pengamalan ajaran agama akan
sangat bermanfaat mengukuhkan tata nilai yang berhubungan dengan tata kehidupan
pribadi, keluarga, dan masyarakat. Seorang pemimpin perlu menjaga aqidahnya
(Adjisoedarmo, 2014).
V.
PEMIMPIN BAGUS MORALITAS DAN PROFESIONAL
5.1 Pemimpin Bermoral
Pemimpin yang bermoral memiliki etika yang
tinggi melalui sentuhan-sentuhan yang halus, seperti senyuman, perkataan yang
menarik, serta sentuhan yang kasih sayang.Hal ini yang menjadikan
tindakan-tindakan seseorang lebih fleksibel dan elegan, sehingga perasaannya
terhadap orang lain meningkat. Pemimpin yang bermoral memiliki kejujuran, kasih
sayang, kebijaksanaan, kesabaran dan kerendahan hati (As-Suwaidan,2005).
Pemimpin yang bermental dermawan yaitu seorang
pemimpin yang bisa menjadi contoh/teladan/panutan di dalam memimpin suatu
organisasi dengan mau mendermakan (mengorbankan) apa yang mereka miliki untuk
disumbangkan demi kepentingan nusa, bangsa dan Negara (Marniyati,2010).
Moral
merupakan hal yang penting didalam diri seorang pemimpin. Seorang
pemimpin harus memiliki moral yang baik, sehingga ia bisa menjadi panutan atau
contoh bagi bawahannya. Baik buruknya moral pemimpin akan berdampak kepada
kepemimpinannya didalam kelompok atau organisasi yang ia pimpin.. Dengan dasar
takwa kepada Allah mereka dapat memutar
roda pemerintahan dan memegang kendali
kepengurusan dengan baik dan bertanggung jawab (Kartono,2005).
Terdapat nilai moral dalam islam yaitu :
a.
Tauhid (Nilai Kebebasan)
Arti tauhid adalah mengesakan Allah swt dan
menjauhkan-Nya dari segala macam bentuk sekutu, dan memposisikan-Nya sebagai
satu-satunya Tuhan yang berkuasa. Dialah Tuhan yang tidak butuh apa pun dan
siapa pun, tapi dibutuhkan oleh semua makhluk yang ada di langit dan di bumi
(Junaidi, 2007).
Menurut Widagdo (2013),Pemimpin yang bermoral harus
berbuat adil terhadap semua rakyatnya tanpa memperdulikan
SARA. Doktrin tauhid menolak segenap varian diskriminasi
baik bentuk ras, kasta, maupun kelas. Konsep tauhid dengan ini dapat menjamin
suatu tatanan masyarakat yang adil sejahtera dapat dibangun dengan membebaskan
anggotanya dari penghisapan, feodalisme, dan penolakan terhadap perbedaan ras,
kelas dan lain-lain.Pemimpin yang bermoral harus memiliki sifat tauhid
,sehingga tidak membeda-bedakan rakyatnya(Solehudin,2008).
Melihat permasalahan ketidakadilan dan ketidaksabaran
dalam masyarakat, maka dapat timbul kelompok aniaya/dholim. Sedangkan pihak
yang dianiaya tidak sabar dalam menghadap ketidakadilan ini. Munculnya
ketidakadilan yang berwujud sewenang wenang disatu pihak dan ketidaksabaran dipihak lain dapat menyebabkan konflik.Allah SWT berjanji dalam banyak ayat bahwasanya orang yang
aniaya/dholim pasti cepat atau lambat ia akan hancur.Hal ini dikarenakan
perbuatan dholim adalah perbuatan yang dibenci oleh Allah swt (Sasongko,2008).
b.
Nikah
(Nilai Keluarga)
Nikah adalah moral islam,sesuai dengan
fitrah manusia yang ingin memiliki keluarga dan keturunan. Ayat Al Qur’an juga
telah mengisyaratkan bagaimana hebatnya manusia diberikan fitrah atas asma
Allah yang maha Pencipta dengan maha keagungan kreatifitasnya,memberikan
kedamaian kepada manusia yang mengharapkan kedamaian,yang maha kasih sayang,
yang dengannya manusia memiliki hasrat kasih sayang diantara sesama (Chailil,
2008).
Tujuan perkawinan ialah membebtuk
keluarga yang kekal.Maka suami dan istri perlu saling membantu dan saling melengkapi
agar dapat mengembangkan kepribadiannya sehingga mencapai kesejahteraan
spiritual dan material (Suherman,2006).
Tujuan orang membina rumah tangga adalah
mencari kebahagiaan hidup.Di sinilah arti penting seni membina keluarga menjadi
dominan.Konsep keluarga bahagia yang sangat populer dalam masyarakat kita
adalah keluarga sakinah (yang mawaddah warahmah) (Mubaarok,2005).
Menikah menjadi sunnah yaitu mana kala orang yang hendak menikah
menginginkan sekali punya anak tetapi ia mampu mengendalikan diri dari
perbuatan zina baik ia sudah berminat menikah atau belum walaupun jika menikah
nanti ibadah sunnah yang sudah biasa ia lakukan akan terlantar. Haram,yaitu
bagi orang yang apabila ia kawin,justru akan merugikan istrinya karena ia tidak
mampu memberi nafkah lahir dan nafkah bathin (Adhim,2011).
c.
Hayati
(Nilai Kemanusiaan)
Manusiasemuanyadimata
Allah itusamasedrajat. Hal inidijelaskan pula dalampancasilasilake 2
yaitukemanusiaan yang adildanberadab, dijelaskan pula dalam Al-Qur’an surat al-hujaratayat
13 yang artinya : “Hai manusia,
Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.Sesungguhnya Allah Maha mengetahui
lagi Maha Mengenal.”( Universitas Islam Indonesia, 2003 ).
Kemanusiaan sebagai nilai luhur adalah pilihan perilaku
yang dibangun berdasarkan atas nilai-nilai yang diyakini sehingga sering
diposisikan sebagai nilai instrumental atau cara mencapai sesuatu atau sikap
terhadap sesuatu(Ghufron, 2010).
Penerapan teologi yang saling menghormati, saling
mengakui eksistensi, berfikir dan bersikap positif, serta saling memperkaya
iman. Hal ini bertujuan untuk membangun interaksi umat beragama dan antarumat
beragama yang tidakhanya berkoeksistensi secara harmonis dan damai, tetapi juga
bersedia aktif dan pro-aktif kemanusiaan(Maarif,2012).
Manusia diakui dan diperlakukan sesuai dengan harkat dan
martabat sebagai makhluk Tuhan, yang memiliki kesamaan hak, kewajiban,derajat
tanpa membedakan jenis,ras,suku, dan agama.Kegiatan kemanusiaan seperti membela
kebenaran hal tersebut menunjukan bahwa manusia adalah sederajat (Rahayu, 2007).
d.
Adil (Nilai Keadilan)
Secara harfiah adil artinya meletakan sesuatu pada
tempatnya. Karena itu adil adalah memberikan hak kepada setiap orang yang
berhak dan menghukum orang yang bersalah sesuai dengan tingkat
kesalahanya.Sikap adil akan mengantarkan manusia pada sikap takwa (Yani, 2006).
Al Qur’an dan al-hadits mengatur bagaimana bersikap adil
dalam berbagai aspek kehidupan,dengan bersikap adil maka manusia akan menjadi
orang yang bertakwa. Perilaku adil dapat diterapakan dalam kehidupan sehari
hari seperti adil dalam membelanjakan harta, adil dalam hidup, adil dalam
hukum, ail dalam memberikan kesaksian, adil dalam sikap (Suherman, 2008).
Pemimpin yang bermoral harus berbuat adil terhadap semua rakyatnya tanpa
memperdulikan SARA.Dalam masyarakat yang semakin meluas, kemungkinan untuk
komunikasi dan dengan demikian orang semakin dihadapkan pada perjumpaan yang
lebih luas dan lebih beragam, soal nilai keasilan semakin mencuat, sebagai hal
yang penting untuk menata kehidupan yang lebih bermartabat. Harus diakui bahwa
paham keadilan sendiri mudah menjadi rancu.Keadilan berkaitan dengan hak.
Tetapi, hak juga menunjuk adanya kewajiban(Darmin, 2007).
Menurut Santoso
(2010) bahwa keadilan dapat dimengerti melalui beberapa pendapat,anatara lain pendapat
Aristoteles bahwa keadilan dibedakan sebagai keadilan komutatif dan
distributive.Keadilan tidak menuntut pembagian yang sama untuk setiap orang,
tetapi berdasarkan perbandingan.
e.
Amanah (Nilai Kejujuran)
Amanah artinya bukan hanya menjaga
barang titipan atau menjaga rahasia sebagaimana yang dipahami oleh orang.
Amanah diefinisikan sebagai sifat yang tertanam didalam jiwa yang mendorong
orang untuk amanah jiwa,keluarga,hak seluruh anggota masyarakat dengan cara
mengontrol diri didalam jiwanya. (Mohamad,2006).
Islam memandang bahwa kejujuran dalam
bekerja bukan hanya menjadi tuntutan, tetapi jauh dari itu, kejujuran
mengandung nilai ibadah.Memenuhi amanah merupakan ibadah yang paling utama
seseorang hamba kepada Tuhannya.Amanah berarti dapat dipercaya, jujur dalam
berkata, dan berbuat sebagaimana dicontohkan Nabi Muhammad SAW (Amrin, 2006).
Keimanan yang kokoh akan memberikan
kesadaran bahwa bahwa semua tindakan, perilaku, sikap akan
dipertanggungjawabkan dihadapan Tuhan. Karena itu keimanan yang kuat merupakan
pondasi agar tercipta kepemimpinan yang amanah (Suryadi,2004).
Pemimpin yang amanah
juga dapat diartikan sebagai pemimpin yang jujur.Hal ini dikarenakan kejujuran
merupakan dasar untuk menjadi orang yang amanah,karena orang yang amanah pasti
merupakan orang yang jujur.Seorang pemimpin haruslah amanah dalam menjalankan
tugas dan fungsi jabatannya, yang dalam standar paling dekat haruslah adil
dalam penegakan hukum dan tidak korupsi di tengah-tengah masa jabatannya
(Rahayu, 2007).
5.2Pemimpin
Profesional
Pemimpin yang professional yaitu :
1. Bekerja
dengan memiliki keahlian
Bekerja secara professional dapat ditunjukan dengan
bekerja sesuai dengan bidang yang dikuasaainya. Realitanya sekarang kebanyakan
negara negara yang dikelola oleh umat islam kaya dengan sumber daya alam namun
sayanngya umat islam tidak memilki keahlian untuk mengelolanya. Oleh karena itu
Q.S 53 : 39 menegaskan bahwa seseorang tidak akan memperoleh sesuatu kecuali
apa yang diusahakanya (Sulaiman, 2010).
Sudah menjadi fitrah jika seseorang bekerja keras dengan
harapan busa menjadi kaya. Prinsip tersebut jelas dengan tidak membedakan
antara lelaki dan perempuan. Bahkan prinsip tersebut juga berlaku bagi orang
islam ataupun yang kafir (Enginer, 2007).
Keahlian terhadap suatu
bidang dalam arti memiliki kompeten merupakan arti dari kerja secara
professional. Siap untuk mengelola alam raya guna kesejahteraan rakyatnya.
Dengan bekerja sesuai dengan bidang yang dimilikinya maka pekerjaan dapat
terorganisir dengan tertib (Ahman dan Indriani , 2007).
Modal utama dalam bekerja adalah potensi
apa yang kita miliki, keterampilan apa yang dapat kita sumbangkan, dan keahlian
apa yang mampu kita gunakan untuk mencapai prestasi tertinggi (Safaria dan
Kunjana, 2004).
2. Bekerja
Dengan Pengetahuan
Manusia sebagai makhuk berjasmani dan
beruhani dituntut untuk memenuhi hak dan kewajiban jasmani dan ruhaniahnya
melalui bekerja.Bekerja mencari nafkah adalah kewajiban manusia untuk
mempertahankan kelangsungan hidumya.Manusia dalam bekerja memenuhi kebutuhan
hidupnya membutuhkan ilmu pengetahuan (Basyir, 2007).
Bekerja degan
memanfaatkan ilmu pengetahuan yang ada bahwa pada dasarnya ilmu pengetahuan
berasal dari indera.Ilmu pengetahuan menyaring pengalaman buakan imajinasi.
Dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan akan memudahkan pekerjaan manusia (Haryono,
2004).
Ilmu pengetahuan memang
sangat diperlukan, contohnya ada orang yang sudah memiliki kepercayaan yang
tinggi tapi masih belum mampu mengembangkan kepemimpinan dirinya karena ia tak
memiliki pengetahuan yang tinggi tentang kepemimpinan. Untuk itu, ia harus
belajar dan berlatih tentang ilmu dasar kepemimpinan dan pengembangannya dan
setelah itu iya harus terus melatih ilmu yang dia miliki (Multitama, 2007)
Xenophon
mulai membawa kita menjauhi pendekatan situasional dalam arti sempit versi “orang yang tepat untuk suatu kegiatan
tertentu”.Ia menunjukkan, tanpa memberi penjelasan khusus adanya pengetahuan
yang lebih luas yang diperlukan seorang pemimpin yang baik, yang tidak sama
dengan kecakapan, pengetahuan, dan pengalaman teknis atau profesional
(Adair,2005).
3. Kerjasama
Menurut Akhirudin (2009), kerjasama
secara Syar’I merupakan konsekwensi dari keharusan untuk memberikan loyalitas
kepada kaum muslimin. Hal tersebut dijelaskan dalam Q.S 5 ayat 2 mengnadung makna
bahwa Allah swt memerintahkan kepada hambanya yang mukmin untuk saling
bekerjasama didalam aktivitas kebaikan dan meninggalkan kemungkaran yang mana
hal itu merupakan takwa.Allah swt melarang untuk saling bahu membahu di dalam
kebatilan dan tolong menolong dalam hal haram.
Kerjasama diantara kaum
muslimin meruapakan kekuatan dan pelindung. Nabi Muhammad SAW menyerupakan
kerjasama diatara kaum muslimin , persatuan dan keteguhan mereka pada agama
Allah dengan bangunan yang rapid an kuat sehingga mengokokohkan. Demikian kaum
muslimin semakin bertambah kokoh dengan saling menolong diantara mereka (
Hidayati dan Genggor, 2006 ).
Tolong menolong atau
bekerjasama dalam kebaikan dan menjauhkan dari tolong menolong dalam kejahatan
merupakan dasar kehidupan keluarga dan merupakan tiang tegaknya suatu bangsa.
Rossul saw pun pernah mengadakan perjanjian dengan kaum yahudi dalam hal
kebaikan (Jenggis, 2011).
Kerjasama adalah suatu usaha antara orang perorangan atau kelompok
manusia diantara kedua belah pihak untuk tujuan bersama sehingga mendapatkan
hasil yang lebih cepat dan lebih baik.Kerjasama sendiri mengandung arti mau menerima saran dan
gagasan orang lain(Rangkuti, 2006).
4.
Menghargai Waktu
Bekerja secara profesional
dapat dilakukan dengan menghargai waktu yang tersedia. Manusia dapat mencapai
pekerjaan apabila ia dapat memanfaatkan karunia Tuhan, yakni potensi diri dalam
setiap satuan waktu, tanpa pernah kehilangan waktu mubadzir.Waktu yang berkualitas merupakan refleksi dari
berharganya setiap detik yang dilalu(Misrawi, 2007).
Manusia akan merugi
apabila ia tidak beriman, tidak mengkritisi, tidak beramal sholeh dan tidak
menggunakan jadwal. Kebiasaan menunda waktu cepat atau lambat akan membuat
hidup manusia menjadi tidak bermanfaat. Sebaliknya, kebiasaan mendisplinkan
waktu akan menuai banyak nikmat dan manfaat (Muhaemin, 2008).
Seorang pemimpin yang mampu menghargai waktu
dengan menggunakan setiap waktu yang dimiliki secara efisien. efisien menurut
kamus besar bahasa Indonesia yaitu tepat atau sesuai untuk menjalalankan
(menghasilkan sesuatu dengan tidak membuang-buang waktu, tenaga, biaya),
mampu menjalankan tugas dengan tepat dan cermat, berdaya guna, bertepat guna
(Mangkuprawira, 2011).
”Demi waktu. Sesungguhnya manusia ada dalam kerugian.” Dalam
Alquran surat Alashr ayat 1 dan 2 ini, Allah SWT bersumpah dengan salah satu
makhluknya, yaitu waktu. Sumpah Allah ini menandakan bahwa waktu memiliki arti
yang sangat penting untuk senantiasa diperhatikan oleh manusia. Pemimpin yang
professional mampu membagi waktunya dengan baik, tentunya diisi dengan kegiatan
yang positif (Harefa, 2005).
5.
Bekerja dengan Sungguh-sungguh
Bekerja
sepenuh hati artinya sungguh-sungguh, optimal dan penuh tanggung jawab. Bekerja
cerdas ialah bekerja dengan disertai kompetensi dalam bidang kerja itu. Bekerja
jujur berarti bekerja sesuai pedoman dan norma etika kerja serta ketentuan
aturan dan hukum (Oetomo,2009).
Dalam
AL-qur’an Allah tidak memerintahkan hanya asal bekerja saja namun harus dengan
sungguh-sungguh, sepenuh hati. Ditegaskan dalam surat Al-ashr ayat 5-6 yang
artinya “ karena sesungguhnya sesudah
kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan “.
Al-Quran
tidak memberi peluang kepada seseorang untuk
tidak melakukan suatu aktivitas
kerja sepanjang saat yang dialaminya dalam kehidupan dunia
ini. (Shihab, 2007).
Seorang
pekerja keras akan melakukan pekerjaannya dengan baik dan benar. Seorang
pekerja keras tidak akan bermalas-malasan atau berpangku tangan melihat orang
lain bekerja. Ia sangat ringan tangan untuk membantu orang lain yang
membutuhkannya(Anwar, 2007).
Bekerja sepenuh hati artinya sungguh-sungguh, optimal dan penuh
tanggung jawab.Sesungguhnya tawakal berhubungan langsungdengan tindakan
bekerja yang dikejakan secara bersungguh sungguh. Artinya orang orang yang
bersungguh sungguh bertawakal adaah orang yang bersungguh ungguh bertindak dan
bekerja (Sirsaeba, 2007).
6.
Bekerja Sebagai Sebuah Amanah
Menjadi seorang pemimpin merupakan sebuah amanah
yang harus dipelihara dalam arti dijalankan dengan sebaik baiknya yaitu sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Amanah merupakan tugas yang diberikan kepada dan oleh seseorang pemimpin yang
harus ditepati guna mensejahterakan rakyatnya (Buhairi, 2004).
Bekerja sebagai amanah mengandung makna bahwa sesuatu yang
diserahkan kepada pihak tertentu karena yakin dan
percaya bahwa ditanganya sesuatu yang diserahkan itu akan aman. Menunaikan
amanah merupakan kewajiban dan panggilan iman bagi kaum muslim (Supriono, 2006).
Secara global bisa dikatakan bahwa setiap individu
manusia menyandang amanah untuk menjadi khalifah dimuka bumi. Amanahnya pun
makin bertambah dikala komunitas masyarakatnya memilih untuk mewakili mereka. Amanah
yang didapatkan dari komunitas masyarakatnya ini harus dilaksanakan dengan baik.
Tetapi kualitas
keimanan seseorang pemimpin sangat bergantung pada apakah dia bisa menjalankan amanah menepati janji untuk
mensejahterakan rakyat apa malah justru berkhiana. (Jazuli,2006).
Pemimpin haruslah amanah. kepemimpinan dan
kekuasaan adalah amanah yang berat dan berbahaya. Siapa yang diberi amanah
seperti ini hendaklah ia benar-benar menjalankannya dan jangan bersifat
khianat. Jika ia menjalaninya dengan benar dan punya kapabilitas di dalamnya,
maka ia akan mendapatkan keutamaan yang besar berupa naungan Allah pada hari
kiamat kelak (Tangkilisan,2009).
7.
Bekerja Sebagai Sebuah Ibadah
Menurut Hidayat (2008),
ibadah merupakan kesadaran beragama pada manusia dalam membawa konsekwensi manusia itu melakukan
penghambaan kepada Tuhannya. Ajaran Islam menerangkan bahwa manusia itu
diciptakan untuk menghamba kepada Allah, atau dengan kata lain beribadah kepada
Allah. Ibadah ini harus dilakukan dengan penuh ketaatan dan ketundukan kepada
Allah swt.
Segala sesuatu yang
bernilai baik menurut pandangan Allah swt. disebut ibadah. Allah telah mengutus
para Rasul-Nya, untuk mengajarkan melalui kitab-kitab yang diturunkan Allah,
tentang tata cara ibadah yang baik dan benar. Ibadah artinya taat, patuh,
tunduk, dan menurut . Allah swt. dan menjauhi segala larangan-Nya serta
bertanggung jawab dengan tujuan penciptaan itu (Syaikh, 2010).
Ibadah
mendorong kita dekat dengan Tuhan. Ibadah sekaligus mendekatkan kita dengan
sesama dan masyarakat. Dari sinilah
diantaranya makna ungkapan bekerja adalah ibadah. Bagi masyarakat Indonesia,
kebajikan bekerja adalah ibadah amat sangat tepat. Kita perlukan budaya kerja
yang sepenuh hati, cerdas, dan jujur (Oetama,2009).
Bekerja adalah ibadah merupakan hal yang
langka.Berbagai cara kita lakukan untuk mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya
tanpa berfikir pada ibadah. Bekerja sebagai ibadah dengan ikhlas merupakan
sesuatu yang sangat sulit dicapai. Meskipun demikian, kita berusaha untuk dapat
bekerja sebagai ibadah dengan iklas karena merupakan modal yang luar biasa
nilainya (Suyanto,2009).
8.
Pengendalian Mutu
Pengendalian
(controlling) didefinisikan sebagai proses mementau kinerja dan mengambil
tindakan untuk meyakinkan bahwa suatu hasil tercapai. Pengendalian merupakan
suatu aktivitas yang berupa proses memantau. Terdapat objek yang dipantau yaitu
kinerja (Christiawan, 2005).
Pengendalian
mutu terpadu adalah suatu sistem untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil
kerja sehingga dapat memberikan kepuasan kepada pemakai atau pelanggan serta
untuk meningkatkan produktivitas sumberdaya manusia dan perusahaan (Kuswadi,2004).
Melaksakan
pengendalian mutu berarti menggunakan pengawasan mutu sebagai dasar ;
melaksanakan pengendalian biaya, harga, dan laba secara terintegrasi ;
pengendalian jumlah dan tanggal pengiriman. Mutu adalah karakteristik barang
atau jasa untuk kepuasan pelanggan. Di sini istilah “mutu” diterapkan secara
luas, yaitu mutu pekerjaan, mutu pelayanan, mutu informasi, mutu proses,mutu
divisi, mutu orang (kayawan), mutu system, mutu perusahaan, serta mutu tujuan (Mulianto,2006).
Evaluasi
akan berjalan baik dan efektif apabila Anda bertanya dan mendengarkan
jawabannya. Anda tidak perlu berperan sebagai seorang psikolog amatir. Anda
cukup bertanya, mendengarkan, dan mengamati. Alangkah lebih ideal jika sebelum
evaluasi berjalan anda sudah berinteraksi sebelumnya sehingga diskusi
selanjutnya menjadi lebih efektif (Wardana,2007).
VI. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Pemimpin merupakan
panutan bagi pengikutnya,sehingga seorang pemimpin bertugas mengarahkan pengikutnya untuk turut serta
terlibat dalam mencapai tujuan bersama.
2. Pemimpin haruslah mempunyai kekuatan yang dapat digunakanya sebagai pandangan hubungan kerja yang harus
dilakukan antara pemimpin dan pengikutnya.
3. Pemimpin dalam pandangan Islam haruslah mempunyai
karakter yang jujur, sabar, komunikatif, berkompeten, pandai bermusyawarah,
inspiratif, dan rendah hati.
4. Pemimpin yang menjaga dengan baik
hubungannya dengan Tuhan maka akan menciptakan kesejahteraan, kenyamanan, dan
kebahagiaan dalam masyarakat.
5. Seseorang harus dapat mengefisienkan waktu
dan apa yang didapatkannya dari Tuhan agar menghasilkan sesuatu yang
bermanfaat.
6. Seseorang
harus mempunyai jiwa penolong dalam hal kebaikan.
7. Seseorang harus mempunyai moral yang baik.
8. Seseorang harus pandai dalam bekerjasama,
menghargai waktu, mengendalikan mutu pada diri dan apa yang dikerjakannya,
bekerja dengan sungguh-sungguh tanpa melupakan ibadah, bekerja sesuai keahlian
dan jujur dalam mengerjakan sesuatu yang dibebankan padanya.
6.2 Saran
Pemimpin yang dibutuhkan saat ini tidak hanyadapat
tampil dengan kegagahanya, akan tetapi dibutuhkan pemimpin yang dapat membangun
kembali karakter bangsa yang bermoral serta bangsa yang memiliki pemimpin yang
patut dicontoh oleh masyarakat dalam ibadahnya,salah satunya dengan mendekatkan
hubungan dengan Allah SWT.
Pemilihan pemimpin yang dilaksanakan di Indonesia membutuhkan pertimbangan yang matang bahwa
masyarakat diharapkan dapat memilih pemimpin yang berkarakter islami
seperti yang terdapat didalam paper yang telah diselesaikan.