Total Tayangan Halaman

Minggu, 27 September 2015

Paper Kepemimpinan


I.  PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
     Pemimpin merupakan panutan bagi pengikutnya,sehingga seorang pemimpin bertugas mengarahkan pengikutnya untuk turut serta terlibat dalam mencapai tujuan bersama.Akan tetapi sering terjadi kesalahpahaman mengenai tugas apa yang harus dilakukan oleh antara pemimpin dan pengikutnya. Dalam hal ini terdapat kekuatan kepemimpinan yang dapat digunakan sebagai pandangan hubungan kerja yang harus dilakukan antara pemimpin dan pengikutnya.
      Karakteristik pemimpin yang baik diantaranya memiliki hubungan dekat dengan Allah SWT.Dalam hal ini artinya pemimpin mempunyai dua fungsi yaitu sebagai pemimpin yang ahli beribadah kepada Allah (Abdullah) dan mengabdi sebagai pemimpin (Khalifah) di muka bumi sebagai amanah dari Allah untuk mengelola bumi dan alam raya ini.Untuk mewujudkan semua itu, maka tujuan hidup manusia terbagi menjadi dua macam yaitu tujuan dalam jangka panjang (surga) dan tujuan dalam jangka pendek (kemakmuran/duniawi).
Selain yang telah disebutkan, adapun karakter lain dari seorang pemimpin yaitu efisien dan sebagai penolong. Arti kata Efisiendalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah ketepatan cara (usaha,kerja) dalam menjalankan sesuatu (dengan tidak membuang waktu, tenaga, biaya); kedayagunaan; ketepatgunaan; kemampuan menjalankan tugas dengan baik dan tepat dalam proses pengerjaannya. Menjadi seorang pemimpin yang efisien diantaranya dengan berdakwah, membaca, suka menolong, dan bergaul dengan baik.
Pemimpin haruslah memiliki sikap penolong.Penolong merupakan perintah Allah SWT untuk saling tolong menolong sesama manusia dalam hal kebaikan dan ketakwaan seperti yang tercantum dalam Q.S. Al-Maidah ayat 2 dan Q.S. Al Ashr ayat 1-3.Perwujudan dari pemimpin yang penolong diantaranya menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan,tidak menolong dalam hal dosa dan kejahatan, teguh hati, saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran.
     Karakter pemimpin perlu dibangun dengan belajar bagaimana bermoralitas yang baik. Islam memiliki lima nilai moral yaitu tauhid (nilai kebebasan), Nikah (nilai keluarga), hayati (nilai kemanusiaan), adil (nilai keadilan), dan amanah (nilai kejujuran).Pemimpin mudah sekali untuk bersikap tidak bermoral seperti yang sudah digambarkan dalam acara televisi.Masalah moral kini menjadi masalah besar yang harus selalu dievaluasi untuk membimbing para pemimpin agar memiliki moral yang baik. Pemimpin juga harus bekerja secara profesional.Hal ini dapat ditunjukan dengan bekerja sesuai dengan bidang yang dikuasaainya. Realitanya sekarang Negara-negara maju tidak mampu mengolah kekayaan yang dimilikinya dengan baik, sehingga diperlukan pemimpin yang dapat bekerja secara profesional.


1.2  Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan paper ini yaitu:
  1. Mengetahui definisi mengenai kepemimpinan
  2. Mengetahui kekuatan kepemimpinan
  3. Membahas karakter pemimpin yang memiliki hubungan dekat dengan Allah
  4. Membahas karakter pemimpin yang efisien dan sebagai penolong
  5. Membahas karakter pemimpin yang bagus moralitasnya
  6. Membahas karakter pemimpin yang professional

II. KEKUATAN KEPEMIMPINAN

2.1  Definisi Kepemimpinan
      Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain melalui komunikasi baik secara langsung maupun tidak langsung untuk menggerakan orang-orang agar bersedia mengikuti kehendak pemimpinKelangsungan proses dalam kepemimpinan melibatkan 3 faktor yaitu pemimpin, pengikut, dan situasi  (Situmorang, 2009).
      Kepemimpinan adalah upaya penggunaan jenis pengaruh memotivasi orang dalam proses pencapaian tujuanPemimpin akan memberikan pengaruh yang meliputi nilai yang ingin dicapai, arah yang menuntun masa depan, dan cara yang akan menentukan bagaimana tugas-tugas akan diselesaikan (Wulandari,2003).
      Kepemimpinan merupakan kemampuan seseorang untuk meyakinkan orang lain agar orang lain itu dengan suka rela mau diajak untuk melaksanakan kehendaknya atu gagasannya. Pondasi kepemimpinan yang efektif adalah memikirkan visi dan misi secara jelas dan nyata (Ali, 2010).
Kepemimpinan juga sering dikenal sebagai kemampuan untuk memperoleh consensus anggota organisasi untuk melakukan tugas manajemen agar tujuan organisasi tercapai. Pemimpin menetapkan tujuan, menentukan prioritas, serta menetapkan dan memonitor standar  (Hadinugroho, 2013).
2.2  Aqidah Pemimpin
     Pemimpin yang bertaqwa akan selalu berhati-hati dalam mengatur urusan rakyatnya. Pemimpin seperti ini cenderung untuk tidak menyimpang dari aturan Allah SWT.Ia selalu berjalan lurus sesuai dengan syari’at Islam. Ia sadar bahwa, kepemimpinan adalah amanah yang akan dimintai pertanggungjawaban kelak di hari akhir. Untuk itu, ia akan selalu menjaga tindakan da perkataannya ( Roeslan, 1989).
Keimanan yang kokoh merupakan syarat mutlak seseorang untuk menjadi pemimpin dan sekaligus untuk dipilih sebagai pemimpin.Mereka yang tidak memiliki kekokohan iman bukan saja tidak layak menjadi pemimpin bahkan terlarang untuk dipilih sebagai pemimpin (Suryadi, 2006).
Pemimpin dengan posisinya yang sangat strategis dalam menetukan kemajuan dan kemunduran masyarakat sudah seharusnya di isi oleh orang-orang dengan keimanan yang mapan dan memiliki piranti keilmuan yang memadai. Fungsi pemimin yang sangat besar tidak mungkin diperankan oleh orang yang integritas kehidupannya diragukan  (Kaswadi, 2013).
     Perpaduan antara unsur jiwa, akal, rasa, dan kehendak akan mengarah kepada keyakinan keagamaan sehingga manusia sudah sesuai dengan kodratnya jika selalu memperhatikan ajaran agama yang dianutnya. Pemahaman dan pengamalan ajaran agama akan sangat bermanfaat mengukuhkan tata nilai yang berhubungan dengan tata kehidupan pribadi, keluarga, dan masyarakat. Seorang pemimpin perlu menjaga aqidahnya (Adjisoedarmo, 2014).
2.3  Kecerdasan Pemimpin
     Pemimpin  melakukan fungsi kepemimpin sesuai dengan bidangnya atau keahliannya. Pemimpin harus mempunyai tiga macam kecerdasan yaitu kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual (Susanto, 2007). Pemimpin harus melayaniorang lain. Seorang pemimpin yang efektif, adalah pemimpin yang menunjukkan kemampuan untuk mencapai hasildengan bekerja keras dan berdedikasi tinggi.Kepemimpinan mencakup keahlian dan seni yangmampu menginspirasi atau memotivasi orang-orang untuk bekerja mencapai tujuan (Manurung, 2012). Kecerdasan emosi adalahtingkat kecemerlangan seseorang dalam menggunakan perasaannya untuk merespon keadaan perasaan dari diri sendiri maupun dalam menghadapi lingkungannya.Pemimpin, secara khusus membutuhkan kecerdasan emosional yang tinggi karena mereka berinteraksi dengan banyak orang baik di dalam maupun di luar organisasi dan mereka membentuk moral karyawan (Supriyanto & Eka, 2012).
     Kecerdasan spiritual diartikan sebagai kecerdasan yang bertumpu pada bagian dalam diri yang berhubungan dengan kearifan di luar ego atau jiwa kesadaran.Kecerdasan spiritual lebih berkaitan dengan pencerahan jiwa. Orang yang mempunyai SQ tinggi mampu memaknai penderitaan hidup yang dialaminya sendiri maupun orang lain (Andriani,2010).
2.4 Kekuatan Pemimpin
      Pemimpin harus mempunyai kekuatan untuk menjalankan amanah yang dimilikinya. Ketika pemimpin memiliki kekuatan itu maka hubungan antara pemimpin dengan pengikutnya akan semakin erat dan tujuan yang telah direncanakan dapat terwujud dengan baik (Asnawi, 1999).
      Kekuatan akal merupakan anugerah dari Allah SWT kepada manusia yang membuat manusia berbeda dan spesial diantara makhluk ciptaan Allah  SWT  lainnya. Banyak sekali ayat-ayat dalam Al-Qur’an mengenai syariat ( hukum – hukum ) Allah dan perintah-perintahNya selalu disertai dengan rinci hukum sebab-akibat yang rasional. Hal ini menunjukan bahwa Allah SWT sangat menghargai akal dan memerintahkan manusia untuk menggunakan akalnya (Aziz, 2012).
      Kekuatan imbalan sebagai motivasi yang positif dapat memberikan pengaruh kepada sebagian besar manusia dan mendorong mereka untuk mematuhi perintah dan pelaksanaan aturan. Imbalan sebagai motivasi yang positif dapat memberikan pengaruh kepada sebagian besar karyawan (Dwika dkk, 2013).
      Seorang pemimpin harus mempunyai kekutan untuk mengendalikan perasaan Para pemimpin dengan empatinya harus mampu memahami kebutuhan para bawahannya dan memberikan feed back kepada mereka. Pemimpin yang dapat mengendalikan perasaannya, menjalankan kontrol dan menunda kepuasan mampu menjalankan peran sebagai model bagi para pengikut dan mereka akan menghormati para pemimpinnya (Kahar, 2008).
2.5 Ahli Strategi
      Abdullah Bin Abu Bakar Beliau adalah seorang intelijen muda yang masih belasan tahun seperti Ali ra, ia adalah saudara kandung Aisyah ra putri dari Abu Bakar ra. Ia mampu berkomunikasi dengan baik pada orang lainsehingga orang-orang Qurays tidak mengetahui bahwa apa yang mereka rencanakan dan bicarakan adalah tentang Nabi Muhammad SAW benar-benar telah disadap dan diinformasikan kepada Rasulullah SAW(Al-Ghazali,2008).
Seorang pemimpin harus memiliki strategi atau kiat-kiat untuk menumbuhkan kepercayaan diri dan motivasi yang kuat kepada pengikutnya. Semangat kerja seseorang berpengaruh pada usahanya untuk mewujudkan suatu tujuan melalui pelaksanaan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya (Asnawi, 1999).
Sumber Daya Manusia (SDM) yang mempunyai etos kerja tinggi memiliki penting dalam keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuan sehingga pemimpin perlu mengatur strategi untuk mengarahkannya melalui manajemen sumber daya manusia yang efektif dan efisien (Tumpubolon, 2007).
Pemimpin baik membimbing bawahannya dengan penuh kedisiplinan namun tidak membuat membimbing bawahannya dengan penuh kedisiplinan namun tidak membuat bawahan menjadi tegang. Pemimpin harus mempunyai strategi yang dapat membawa perusahannya menuju kesuksesan dan terhindar dari berbagai macam masalah, misalnya kebangkrutan (Soleh, 2012).
2.6 Fisik Pemimpin
      Menghindari kemungkinan-kemugkinan buruk yang akan muncul dari ketidak sempurnaan panca indra seorang pemimpin sangatlah penting. Pemimpin mewakili kepentingan masyarakat banyak, karenanya untuk kemaslahatan masyarakat yang lebih besar, maka kesempurnaan fisik seseorang sangat diperlukan (Bisyri, 2010).
Terkait dengan kesehatan, contohnya adalah Nabi Muhammad SAW yang pada suatu hari pernah bergulat dengan seorang pria berbadan besar bernama Rukanah. Dari segi fisik, Nabi Muhammad SAW kalah besar. Setelah Rasulullah mengalahkannya dalam suatu pertandingan, Rukanah kemudian menjadi pengikut setianya (Mujani, 2011).
Islam memberi panduan kepada manusia dalam memilih pemimpin itu salah satunya adalah memilih orang yang sehat fisiknya serta orang yang kuat dan dapat dipercaya. Pemimpin adalah orang yang akan mengurus orang banyak karenanya dituntut untuk memiliki ilmu dan sehat fisiknya (Muhammad, 2008).
Tugas terpenting dari seorang pemimpin adalah untuk memimpin orang, memimpin pekerjaan, dan memanfaatkan sumber-sumber materil secara maksimal. Untuk melaksanakan tugas itu dengan baik, seorang pemimpin harus memiliki kondisi fisik yang sehat sesuai dengan tugasnya. Tugas kepemimpinan tertentu menuntut sifat kesehatan tertentu pula (Yusuf, 2007).

2.7 Ahli Ekonomi
Abu bakar telah meletakkan dasar-dasar Islam yang kukuh. Wafatnya pada tahun 13 H. Pada masa Abu Bakar Assidiq beliau melaksanakan sistem ekonomi yang telah dipraktekan Rasulullah SAW ,beliau sangat memperhatikan keakuratan perhitungan zakat  tidak berlebih atau kekurangan dalam pembayaran. Hasil zakat itu langsung dikumpulkan di baitul mal dan di distribusikan kepada kaum muslimin tanpa sisa (Al-Ghazali, 2008).
      Kriteria pemimpin pelaku dan pengatur ekonomi adalah pemimpi yang memulai usahanya dari kecil, menengah dan membesar. Pemimpin seperti ini sudah sangat paham bagaimana meningkatlkan ekonomi rakyat (Jamhuri, 2009).
      Perusahaan dapat unggul dalam persaingan karena perusahaan mempunyai komitmen untuk menciptakan dan memuaskan konsumen. Seorang pemimpin perusahaan harus menyusun strategi yang berorientasi pada kegiatan perekonomian      (Suwito, 2003).
      Strategi perusahaan merupakan garis besar haluan perusahaan (Purbasari, 1997).
      Pengendalian mutu ekonomi merupakan revolusi pemikiran dalam bidang manajemen. Oleh karena itu, proses berpikir seluruh pegawai harus di ubah yang semula hubungannya bersifat vertical sekarang juga menekankan pada komunikasi horizontalbdiantara divisi agar pengendalian mutu ekonomi berjalan dengan baik        (Hasan dkk, 1989).


III. PEMIMPIN PERSPEKTIF ISLAM


3.1  Karakter Pemimpin Islam
3.1.1  Jujur
Pemimpin yang jujur adalah pemimipin yang amanah pada tugas yang dimilikinya dan tidak pernah membohongi atau mengkhianati masyarakat. Menurut Dr. Marzuki, M.Ag (2007), Dalam konteks Islam jujur disebut shiddiq). Kata shiddiq berasal dari katadasar shidq yang berarti kebenaran atau kejujuran. Orang yang memiliki sifat jujur perkataannya selalu dapat dibuktikan dengan perilakunya. Setiap Muslim harus selalu menjunjung tinggi kejujuran kapan pun dan di manapun berada.Sifat dan sikap jujur dapat terlihat dalam berbagai bentuk yaitu benar dalam bentuk perkataan, pergaulan, kemauan, janji dan kenyataan.
Profil pemimpin yang jujur mutlak diperlukan agar dengan kejujurannya para pemimpin bisa menyentuh hati yang dipimpinnya, umatnya, agar bisa merubah pola pikir rakyatnya, dan menghantarkannya menuju kemajuan, kemakmuran dan kesejahteraan. Rasulullah dengan gemilang memberikan teladan dalam hal ini. Sejak kecil beliau telah menjadi sosok yang dapat dipercaya dalam segala hal, bahkan musuh-musuhnya pun (dalam hal ini kaum Quroisy) sangat percaya pada beliau.hingga bila menitipkan suatu barang atau yang lain mereka lebih yakin bila dititipkan pada Nabi Muhammad SAW.

3.1.2 Sabar
Menurut Al-Khazandar (2009), pemimpin dalam menjalankan tugasnya harus mempunyai sifat sabar. Pejuang yang telah merelakan dirinya di jalan pengorbanan tidak akan tegih di jalan ini selama tidak memiliki sifat sabar. Golongan apaun yang memilih jalan cobaan, maka ikatannya tidak akan bertahan lama dan tidak akan pernah berpegang teguh dengan niatnya selama tidak saling memberi nasehat dengan kebenaran dan saling berwasiat dengan kesabaran. Dan orang-orang yang beriman tanpa ada pengecualian adalah yang dimaksud pada firman Allah SWT ( QS.Ali Imran : 200 ) yang artinya : “ Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan) dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.”
Sabar tanpa disertai perasaan marah, keluh kesah, putus asa, dan tidak pula mengeluh. Karena sabar rasanya pahit, maka manusia harus menjaga dan membekali diri dengan sabar yang baik.  Pemimpin bukan setiap saat harus marah, melainkan harus menerima keadaan yang sedang dihadapi. Pada saat mendapatkan kenikmatan harus mensyukuri dan berbagi pada yang lain dan pada saat mengalami kesulitan tetap berusaha untuk mendapatkan kebahagiaan.
Sabar dalamarti yang lain adalah mengelola keadaan dalam diri dan sumber daya diri sendiri. Kompetensi ini adalah menahan emosi dan dorongan negatif, menjaga norma kejujuran dan integritas, bertanggung jawab atas kinerja pribadi, luwes terhadap perubahan, dan terbuka terhadap ide-ide serta informasi baru.
3.1.3 Komunikatif
Menurut Baihaqi (2006), Komunikatif adalah komunikasi yang berhasil. Komunikasi mempunyai cakupan makna yang lebih luas daripada sekedar apa yang seseorang ucapkan. Komunikasi adalah tentang mendengarkan, berbicara, dan bertindak untuk mengungkapkan perasaan dan pikiran seseorang kepada orang lain. Komunikasi merupakan salah satu factor terpenting dalam menjalankan proses administrasi dan interaksi antar elemen pada suatu organisasi atau lembaga baik internal maupun eksternal. Tanpa adanya jalinan komunikasi yang baik dan benar besar kemungkinan proses di dalam organisasi atau lembaga tersebut tidak akan dapat berjalan dengan maksimal dan serasi sesuai dengan yang telah direncanakan. kemahiran dalam menggugah tanggapan yang dikehendaki oleh orang lain sangatlah penting.

3.1.4 Kompeten
      Pemimpin yang kompeten adalah pemimpin yang ahli dalam bidangnya. Agar dapat menjalankan kepemimpinannya pemimpin harus mempunyai kompetensi dasar yaitu : (1) dapat mendiagnosis, (2) mengadaptasi, dan (3) mengkomunikasikan. Suatu pekerjaan harus diserahkan kepada ahlinya, jika tidak maka pekerjaan tersebut akan menghasilkan sesuatu yang tidak sesuai dengan apa yang diinginkan                              (Rabawati, 2013).
3.1.5  Musyawarah
      Musyawarah adalah salah satu ajaran islam yang sangat mendasar. Kata Musyawarahberarti mengeluarkan pendapat. Orang-orang yang berperan serta dalam musyawarah harus ahli dan berkompeten, karena hasil yang diperoleh dari musyawarah tersebut ( mufakat ) akan digunakan dan diharapkan dapat bermanfaat bagi orang banyak. Sesuai hasil penelusuran penulis pada Mujam al Mufahras Li Alfazh al-Qur’an al-Karim, ditemukan tiga ayat al-Qur’an didalamnya terdapat term yang akar katanya menunjukan musyawarah yaitu QS. Al-Baqarah (2) : 233, QS. Ali Imran (3) : 159 dan QS. Al-Syura (42) : 38.
      Salah satu terjemahannnya padaQS. Al-Syura (42) : 38
“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.”

      Seorang pemimpin haruslah mendengar suara yang dipimpinnya. Musyawarah lebih cocok apabila diterapkan di Indonesia karena orang yang berpartisipasi didalamnya mempunyai keahlian yang tidak diragukan sehingga keputusan yang di hasilkan lebih menguntungkan untuk masyarakat (Suaidah, 2011).

3.1.6 Inspiratif
      Seorang pemimpin harus menjadi seseorang yang dapat menginspriasi orang lain. Menurut Kasali(2007), hanya pemimpin yang akan sadar akan kapasitas sumber dayanya-lah yang bisa mengajak orang di sekitarnya untuk berupaya lebih dan membuat nilai tambah. Hal ini juga memungkinkan pemimpin untuk memotivasi pengikutnya secara personal sesuai dengan kekuatan dan kekhasan pengikutnya. Pemimpin yang inspiratif membuat  pengikutnya menghargai diri sendiri seperti halnya ia menghargai organisasi,lembaga,atau perusahan dan clientnya. Perekembangan teknologi serta globalisasi membuka kesempatan yang jumlahnya tidak terbatas dan memberi kesempatan dalam mempermudah pemimpin untuk menggambarkan visinya dengan kata-kata, deskripsi dan imajinasi yang mudah dipahami oleh pengikut.

3.1.7 Rendah Hati
      Rendah hati adalah tidak sombong. Pengertian yang lebih dalamnya adalah jika kita melihat diri kita tidak memiliki  nilai lebih dibandingkan orang lain. Orang yang rendah hati adalah orang yang menyadari bahwa semua kenikmatan yang didapatnya bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa, ia tidak suka menonjolkan kemampuannya. Rendah hati merupakan salah satu dari akhlak mulia, jadi sudah selaknya semua orang bersikap rendah hati. Pemimpin tidak boleh sombong dan menyebarkan keraguan pada masyarakat yang dipimpinnya (Rahman, 2013).
3.2  Pemimpin Religius
3.2.1 Abdullah (Ahli Beribadah Kepada Allah SWT)
Makna yang esensial dari kata abdullah (hamba) adalah ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan manusia hanya layak diberikan kepada Allah SWT yang dicerminkan dalam ketaatan, kepatuhan dan ketundukan pada kebenaran dan keadilan. Oleh karena itu, dalam al-quran dinyatakan dengan “quu anfusakun waahlikun naran” (jagalah dirimu dan keluargamu dengan iman dari api neraka) (Mansoer, 2004).
Sejalan dengan kelebihan dan keistimewaan yang dimikinya itu maka  Allah  menegaskan  bahwa  sanya  tujuan  pokok  diciptakannya manusia  di  alam   ini  adalah  untuk  mengenal  Allah  sebagai  Tuhannya serta  berbakti  kepada-Nya.  Dengan demikian, alur kehidupan manusia yang  serasi  sebagai  makhluk  adalah  apabila  ia  dapat  mengemban tugas  dan  tanggung  jawabnya  dengan  tujuan  untuk  berbakti  kepada Sang Pencipta semesta, bukan kepentingan di luar itu (Hasan,2010).
Agama islam amat istimewa hingga menjadikan seluruh kegiatan manusia sebagai ibadah apabila diniatkan dengan penuh ikhlas karena Allah demi mencapai keridhaan-Nya serta dikerjakan menurut cara-cara yang disyariatkan oleh-Nya(Chundori,2012).
      Memilih pemimpin orang yang beriman, bertaqwa, dan selalu menjalankan perintah Allah SWT merupakan suatu kebenaran karena iaakan membawa ketika pada kedamaian, ketentraman serta kedamaian dunia dan akherat (Ancok, 1995).
3.2.2 Mempunyai Tujuan Hidup
a.Tujuan jangka pendek (kemakmuran/Duniawi)
Tujuan jangka pendek dalam suatu kepemimpinan adalah mewujudkan Negara yang adil, makmur, dan berada dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa        (Dwiyono, 2007).
Terciptanya masyarakat dan Negara yang adil, makmur, dan berada dalam lindungan Tuhan sering diistilahkan sebagai masyarakat Madani. Masyarakat Madani adalah masyarakat yang beradab,menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, yang maju dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.Masyarakat madani dapat diartikan sebagai suatu masyarakat yang beradab dalam membangun, menjalani, dan mamaknai kehidupannya (Azmi,2004).
Adapun karakteristik masyarakat Madani menurut Chundori (2012) yaitu bertuhan,damai,tolong menolong tanpa mencampuri urusan internal individu yang lain yang dapat mengurangi kebebasannya,toleran antar sesama,adanya keseimbangan antar hak dan kewajiban sosial,berperadaban tinggi,dan berahlak mulia.
Muzadi (2004) mengatakan bahwa kesejahteraan bangsa meliputi  kemerdekaan, keadilan, termasuk bidang ekonomi dan usaha pemenuhan hajat hidup. Tidak boleh sekelompok orang diberikan hak-hak istimewa yang sedemikian besar untuk menguasai dan mengendalikan aset-aset milik negara.

b. Tujuan jangka panjang (surga)
      Seorang muslim dalam menjalankan kehidupannya selalu mengharapkan keridhoan Allah dan berharap mendapat kebaikan di dunia maupun di akhirat. Seorang pemimpin juga memiliki tujuan jangka panjang (surga). Surga adalah tempat penuh dengan kesenangan dan kenikmatan, tanpa ada yang mengusik dan mengurangi kesuciannya (Al-Asyqar, 2005).
Lebih lanjut definisi mengenai surga dalam A-Qur’an adalah sebuah alam yang ada didalamnya lagi, ketika tuan rumah (Allah) mengajak anda ke taman yang ada disekitarnya, anda menjumpai hamparan yang sama dengan yang terlihat mata dan terekam dalam pikiran sejak zaman paling kuno (Al-Buthy, 2009).
Adapun ciri dari penghuni surga adalah orang-orang mukmin yang tidak pernah mempersekutukan Allah SWT dengan yang lain, atau orang-orang yang menyangkal salah satu rukun iman, tidak diijinkan masuk surga (Sya’rawi, 2001).
Akhirat memiliki nilai kuantitas dan kualitas yang lebih berharga dibandingkan kehidupan dunia. Perilaku manusia dalam mencapai kesejahteraan dengan mengikuti petunjuk Allah disebut ibadah, yaitu setiap keyakinan, sikap, ucapan maupun tindakan yang mengikuti petunjuk Allah, baik terkait dengan hubungan sesame manusia (muamalah) ataupun dengan pencipta (ibadah mahdhah). Jadi Islam memiliki ajaran yang lengkap, menuntun setiap aspek kehidupan manusia dalam mencapai tujuan hidup, ibadah adalah alat atau jalan mencapai falah (Riyadi,2011).
3.2.3 Manusia Sebagai Khalifah di Bumi
      Tujuan penciptaan manusia adalah sebagai “khalifah” ,“pengabdi” ,“pengemban amanah” dan “pembangun peradaban serta kebudayaan di dunia”. Berdasarkan alur pikir tersebut, maka tujuan pendidikan Islam yang dikehendaki di sini adalah untuk mengaktualisasikan, membangkitkan, memperdayakan, dan memanfaatkan fitrah manusia agar peran, fungsi, dan tugasnya diciptakan ke dunia dapat terwujud seoptimal mungkin (Murjaya dan Abdullah, 2010).
 Menurut Taufiq(1999), arti “menggantikan yang lain” yang dikandung kata khalifah berarti melaksanakan sesuatu atas nama yang digantikan, itu bersamanya atau tidak. Di lain pihak, cukup dikenal pula pengertiannya sebagai wakil Tuhan di muka bumi yang mempunyai dua pengertian. Pertama, wakil Tuhan yang diwujudkan dalam jabatan sultan atau kepala negara. Kedua, fungsi manusia itu sendiri di muka bumi, sebagai ciptaan Tuhan yang paling sempurna.
      Kata khalifah tampaknya menunjuk kepada semacam raja muda atau letnan yang bertindak sebagai wakil pemilik kedaulatan yang berada di tempat lain. Dalam pidato inagurasinya, Abu  Bakar menyebut dirinya sebagai Khalifah Rasulullah yang berarti pengganti Rasulullah. (Bernard,1994).
Jika khalifah diartikan sebagai penerus ajaran Allah maka peran yang dilakukan adalah penerus pelaku ajaran Allah dan sekaligus menjadi pelopor membudayakan ajaran Allah SWT (Taufik,2010).
IV.  PEMIMPIN EFISIEN DAN PENOLONG

4.1 Pemimpin Efisien
Efisien adalah menggunakan sesuatu barang dengan seperlunya tepat atau sesuai untuk mengerjakan (menghasilkan) sesuatu (dengan tidak membuang-buang waktu, tenaga, biaya), mampu menjalankan tugas dengan tepat dan cermat, berdaya guna, bertepat guna (Suryana,2010).
Kecerdasan secara harfiah dapat diartikan sebagai tingkat kecemerlangan seseorang, dan emosi sebagai suatu gejala yang multidimensional sebagai unjuk dari tingkatperasaan yang subyektif. Setiap orang harus dapat menguasai kecerdasan intelektual, kecerdasan  emosional, dan kecerdasan spiritual (Satwiko,2005).
Kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk membaca dan memahami orang lain, dan kemampuan untuk menggunakan pengetahuan untuk mempengaruhi orang lain melalui pengaturan dan penggunaan emosi(Supriyanto & Eka, 2012).
Kecerdasan spiritual diartikan sebagai kecerdasan yang bertumpu pada bagian dalam diri yang berhubungan dengan kearifan di luar ego atau jiwa kesadaran.Kecerdasan spiritual lebih berkaitan dengan pencerahan jiwa.Orang yang mempunyai SQ tinggi mampu memaknai penderitaan hidup dengan memberi makna positif pada setiap peristiwa, masalah, bahkan penderitaan yang dialaminya                 (Andriani, 2010).
4.2 Cara Menjadi Pemimpin Efisien
a. Dakwah
Dakwah menurut pengertian bahasa (lughawi) berasal dari bahasa Arab : da’a, yad’u, da’watan, yang berarti mengajak, memanggil dan menyeru. Dakwah merupakan suatu proses untuk mendorong orang lain agar memahami dan mengamalkan suatu keyakinan tertentu (Asmaya,2003)
Menurut Ma’arif (2009), komunikasi dakwah menyampaikan pesan-pesan keagamaan dalam berbagai tatanan agar jamaahnya terpanggil dan merasakan pentingnya nilai Islam dalam kehidupan.
Dakwah selalu mengalami problema.definisi problema/problematika adalah suatu kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang diharapkan dapat menyelesaikan atau dapat diperlukan atau dengan kata lain dapat mengurangi kesenjangan itu. Jadi, problema adalah berbagai persoalan-persoalan sulit yang dihadapi dalam proses pemberdayaan (Syukir, 2005).
Mengembangkan dakwah islam pada saat ini, hendaknya dikembangkan dengan metode yang sama sebagai mana masa-masa sebelumnya, yaitu dengan menjadikan metode dakwah Rasulallah SAW sebagai suri tauladan. Tidak boleh berpaling sedikitpun dari metode tersebut, baik secara keseluruhan  maupun dalam rinciannya, dan tanpa memperhatikan lagi perkembangan zama(Taqiyuddin, 2012).

Tujuan Utama Dakwah
1.  Mengajak Berdaya
Pemberdayaan dengan berbagai bentuk modelnya diterapkan untuk memberdayakan orang, masyarakat, dan organisasi, termasuk memberdayakan organisasi pemerintah.Salah satu yang dapat membantu untuk mengaplikasikan konsep pemberdayaan dalam bahasa teknis adalah konsep pembangunan yang digerakkan masyarakat (Wrihatnolo,2007).
Manusia yang diberdayakan oleh pendidikan hanya mungkin diwujudkan jika lembaga-lembaga pendidikan tersebut mempunyai otonomi, lepas dari berbagai kungkungan, baik oleh masyarakat maupun oleh Negara.Pendidikan yang memberdayakan manusia tentunya berkaitan erat dengan otonomi lembaga-lembaga pendidikan.Berkaitan dengan otonomi tersebut berarti diakuinya pilihan-pilihan pendidikan oleh masyarakat dalam bentuk pendidikan Negara dan pendidikan swasta (Tilaar, 2003).
Pemberdayaan dapat berjalan dengan baikapabila didukung dengan baik oleh lingkungan atau organisasi yang memberdayakan (empowered organization) yakni organisasi yang memberdayakan peluang secara luas serta merangsang para pelakunya (manusia) untuk mengembangkan diri dan mengeluarkan seluruh potensi dirinya secara maksimal.Peran pemimpin sangat vital dalam memfasilitasi terciptanya lingkungan yang memberdayakan (Goa, I. H, 2006).
2.      Mencegah Keterpurukan
Perjuangan untuk memberdayakan kaum miskin juga merupakan penghormatan terhadap martabat manusia.Franklin Delano Roosevelt merumuskan empat kebebasan yang diharapkan dapat dijamin dimanapun di seluruh dunia.Ia mengharapkan, dunia masa depan adalah dunia yang didasarkan pada empat kebebasan manusia. Pertama, kebebasan berbicara dan berpendapat dimanapun di dunia ini.Kedua, kebebasan setiap orang untuk beribadat kepada Allah dengan caranya sendiri.Ketiga, bebas dari kemiskinan.Keempat, bebas dari rasa takut (Panjaitan,2000).
Cara mengatasi kebodohan dan keterbelakangan yang menimpa kaum dhuafa ini dapat dilakukan dengan memberikan bantuan pendidikan atau pembiayaannya, sehingga mereka dapat mengecap pendidikan yang layak hingga perguruan tinggi.Pemberian pendidikan agama juga diperlukan agar mereka tidak mudah dipengaruhi oleh gerakan permurtadan yang tengah gencar direalisasikan oleh kalangan misionaris agama tertentu (Muhsin,2004).
Tahajud akan mengawal kita untuk lebih peduli kepada penderitaan sesama ; kemiskinan dan kebodohan adalah penderitaan palingan akut dalam kehidupan masyarakat kita saat ini. Mereka yang rajin tahajud, akan menghadirkan dalam dirinya tekad untuk mengabdi ke masyarakat dengan cara merintis berbagai kemungkinan  jalan keluar mengatasi kemiskinan dan kebodohan (Thobroni,2008).

3.      Mengajak Masyarakat untuk Beriman
Amal shaleh adalah pekerjaan yang apabila dilakukan tidak menyebabkan dan mengakibatkan mudharat (kerusakan) atau apabila pekerjaan itu dilakukan akan diperoleh manfaan dan kesesuaian (Yani,2008).
Empat bentuk amal manusia yang dilandasi motivasi yang salah. Pertama,orang yang melakukan amal shaleh dengan berharap Allah akan menjaga dan mengembangkan harta yang dimilikinya. Kedua, beramal shaleh dengan niat ingin (riya’i) ; tak ada orientasi akhirat sama sekali. Ketiga, beramal shaleh semata-mata untuk mencari harta.Keempat seseorang yang melakukan aneka ketaatan dengan tulus ikhlas, namun dia melakukan amal kufur yang menyebabkan keluar dari Islam (Amirulloh,2007).
Bekerja bukan satu-satunyna jalan unttuk menjemput rezeki. Sebab, perlu kita ketahui bahwa selain rezeki yang regular (yang digantung), ada juga rezeki yang sifatnya istimewa, yaitu rezeki yang dijanjikan Allah dan datangnya tidak disangka-sangkaadalah memperbanyak sedekah (Syarbini,2004).
Pemahaman dan pengamalan ajaran agama akan sangat bermanfaat mengukuhkan tata nilai yang berhubungan dengan tata kehidupan pribadi, keluarga, dan masyarakat. Seorang pemimpin perlu menjaga aqidahnya (Adjisoedarmo, 2014).

b. Membaca
Membaca adalah sebuah keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang mahasiswa atau siapa saja yang mempunyai tugas mengumpulkan informasi dari bahan bacaan. Untuk dapat meningkatkan keterampilan ini, salah satu yang perlu diupayakan bersama adalah kecepatan membaca(Munthe Bermawy, 2010).
Pengertian membaca menurut Kholid A. H dan Lilis S (1997: 140), Membaca adalah mengemukakan atau membunyikan rangkaian lambang – lambang bahan tulis yang dilihatnya dari huruf menjadi kata, kemudian menjadi frasa, kalimat dan seterusnya.
Membaca Al-Quran “ Orang-orang yang membaca Al-Quran sedangkan dia mahir melakukannya, kelak mendapat tempat di dalam surga bersama-sama dengan para Rasul yang mulia lagi baik. Sedangkan orang yang membaca Al-Quran, tetapi dia tidak mahir, membacanya tertegun-tegun dan tampak agak berat lidahnya (belum lancar), dia akan mendapat dua pahala”. (HR. Bukhari dan Muslim (Al Mufidi W.A ,dkk, 2013).
Membaca buku itu ada bermacam-macam. Cara mana yang akan Anda pilih tergantung dari tujuan membaca buku itu. Bila Anda hanya ingin mendapatkan pandangan umum dari isi buku itu, bacalah buku itu dengan cara yang tidak perlu intensif, lain halnya bila Anda ngin mengetahui isi buku itu secara cermat (Rooijakkers,2007).
c. Suka Membantu
Zakat adalah rukun islam ketiga yang merupakan kewajiban hukum bagi mereka yang memenuhi syarat-syarat untuk membayar zakat tersebut. Namun demikian, kewajiban berzakat tersebut tidak hanya terbatas pada mereka yang mampu secara ekonomi,tapi tercakup juga pada hal-hal yang bersifat nonekonomi(Arifin, 2011).
Keadilan adalah merupakan satu garis panduan minimum yang perlu dipatuhi oleh semua pihak. Dalam konteks sistem ekonomi, Shariat Islam telah mewajibkan zakat bagi memastikan sistem ekonomi beroperasi dengan prinsil adil. Dengan kata lain, zakat adalah instrumen bagi memastikan wujudnya keadilan(Al-Ghazali, 2001).
Dana sedekah adalah sebuah dana yang sangat fleksibel dalam bentuk kegunaannya, khasnya apabila ia adalah sebuah dana sedekah umum. Penggunaan dana zakat adalah tertakluk kepada lapan (8) kategori asnaf zakat yang ada manakala penggunaan harta wakaf dan hasilnya adalah tertakluk kepada syarat dan tujuan pewakaf(alJumu’ah, 2000).
Bersedekah hendaknya dapat dilakukan di segala situasi dan kondisi. Cuaca apapun yang sedang Anda hadapi, hendaknya tidak mengurangi kegemaran Anda untuk beramal baik. Karena amal baik dinilai senagai sedekah. Keuletan Anda untuk bertahan di segala kondisi, di tengah himpitan masalah dan kesulitan, namun tetap bersedekah, menjadi bukti bahwa Anda istiqomah dalam bersedekah (Thobroni,2008).
d.Bergaul Dengan Baik
Bergaul adalah salah satu cara yang dilakukan manusia untuk bersosialisasi dengan sesama manusia dan bergaul sudah menjadi suatu kebutuhan bagi setiap manusia.Seperti yang dituliskan pada Al-Quran yang berbunyi: “Maka dari itu, janganlah perbedaan menjadi penghalang kita untuk bergaul atau bersosialisasi dengan lingkungan sekitar kita. Anggaplah itu merupakan hal yang wajar, sehingga kita dapat menyikapi perbedaan tersebut dengan sikap yang wajar dan adil. Karena bisa jadi sesuatu yang tadinya kecil, tetapi karena salah menyikapi, akan menjadi hal yang besar. Itulah perbedaan. Tak ada yang dapat membedakan kita dengan orang lain, kecuali karena ketakwaannya kepada Allah SWT” (QS. Al_Hujurat: 13).
Semakin banyak anda berhubungan dengan orang lain, semakin besar potensi anda untuk memengaruhi dan dipengaruhi secara positif oleh orang lain(Maxwell, 2012).
Keterampilan bergaul atau berinteraksi  dengan orang orang lain juga merupakan bagian dari kecerdasan emosional. Dan tentunya hal ini sangat penting bagi seorang pemuda, bagai mana seharusnya bergaul dan berinteraksi dengan orang lain. Layaknya seorang pemuda, selain memiliki pikiran mulia juga harus disertai dengan pergaulan yang positif agar mampu menjadi teladn bagi pemuda yang lainnya (Al Mufidi W.A ,dkk. 2013)
.
4.3 Pemimpin Sebagai Penolong
Pemimpin adalah pelayan, penolong, memiliki kemampuan untuk membimbing (Darmawan, 2006).Perintah allah untuk saling tolong-menolong sesama manusia dalam hal kebaikan dan ketaqwaan tercantum dalam QS. Al-Maidah ayat 2 yang artinya Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya( Al-Qur’an dan terjemahan, 1998 )
Menurut Mahmud (2004) yang dimaksud dengan tolong-menolong dan bantu-membantu ialah akhlak kemasyarakatan yang tinggi yang diwajibkan oleh Islam terhadan kaum muslimin,seperti dalam firman –Nya : “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran” (Q.S. Al-‘Ashr :1-3).
a.   Penolong dalam Kebaikan dan Ketaqwaan
Menurut Yusmansyah (2008) saling menolong hanya boleh dilakukan dalam kebaikan.Allah SWT melarang tolong menolong dalam berbuat kejahatan. Misalnya, menolong teman berdusta pada orang tuanya,saling membantu dalam menyontek ketika ulangan, membantu mencuri  dan sebagainya. Contoh tolong-menolong yang diperbolehkan misalnya ketika ada teman yang kurang memahami pelajaran, kita harus membantunya dalam belajar.
Tolong menolong yang benar menirut syar’I adalah tolong-menolong dalam menegakkan kebenaran dan dalam melenyapkan kebatilan. Bahkan tidak diperbolehkan bagi seorang muslim untuk bersikap masa bodoh terhadap saudaranya dalam menghadapi medan perjuangan, baginya adalah kewajiban untuk selalu mendampinginya dalam keadaan bagaimanapun dan harus membantunya jika saudaranya mendapat serangan ( Jarror,2005 ).
Memohon pertolongan kepada Allah itu harus diwujudkan dalam tindakan tolong-menolong dalam hal ketaatan pada kebenaran, tolong menolong dalam hal-hal yang baik dan memberikan manfaat dalam kehidupan, saling berbelas kasih dan saling member (give and give) ( Chodjim,2008).
Berlomba-lomba dalam kebaikan maksudnya adalah bersungguh-sungguh untuk memperbanyak amal kebaikan, serta berupaya mengajak orang-orang untuk banyak melakukan kebaikan, keshalihan dan ketaqwaan tanpa bermaksud merugikan pihak lain ( Ad-Dahduh,2006).
b.   Tidak Menolong dalam Hal Dosa dan Kejahatan
Menurut Duwaisy (2009), yang mengandung unsur  tolong-menolong dalam hal berbuat dosa dan pelanggaran salah satu contohnya yaitu menabung di bank-bank yang bermuamalah dengan riba. Misalnya,mentransfer dana keluar negeri dan dalam negeri yang didalamnya mengandung kemaslahatan bagi kaum muslimin.
Islam memberlakukan hukum yang sama dengan hukum pelaku kejahatan dan pelanggaran awal kepada pengguna, penyewa, penadah, maupun penyalur barang-barang illegal termasuk obat-obatan. Termasuk dalam hal ini pemasokan obat yang menyalahi prosedur dan peraturan, kolusi penipuan terhadap jaminan kesehatan oleh karyawan yang bukan haknya karena memang tidak sakit (Utomo,2009).
Korupsi masal merupakan tindakan tolong-menolong dalam hal kejahatan.Korupsi adalah semua tindakan yang merusak serta menggoyahkan kehidupan masyarakat luas.Disini korupsi didefinisikan sebagai sebuah kejahatan keuangan, penyalahgunaan penggunaan uang untuk kepentingan pribadi atau orang tertentu (Napitupulu,2010).
Tidak ada seorangpun yang sempurna dalam hidup ini.Setiap orang pasti punya kekurangan dan kelebihan masing-masing. Oleh karena itu setiap orang harus berkomunikasi dan bersinergi dengan orang lain, agar terwujud kebaikan untukkedua belah pihak. Karena itulah Allah dan Rasul-Nya mengajarkan kepada setiap orang beriman untuk senantiasa saling tolong-menolong dalam kebaikan dan saling member nasehat dalam kebenaran (El-Sutha,2009).
c.  Menolong Agar Manusia Tidak Rugi Dengan Iman
Orang beriman akan senantiasa mengingat Allah secara total dan diwujudkan dalam bentuk zikir pada lisannya sehingga selalu ada control antara hati dan lisan (Sholikhin,2009).
Membaca, mendengarkan, dan merenungkan ajaran agama dan kepercayaan orang beriman mengalami sapaan Tuhan, yang membuat orang mendapatkan ketenteraman dan keteguhan hati, dapat mengatasi gejolak jiwa, dan dapat mengatasi kegelisahan hidupnya (Darmiarti,2006).
Menurut Misrawi (2010) substansi dari kata asyidda’ sebenarnya bisa diekspolrasi secara lebih tepat, bahwa yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah potensi yang didalamnya terdapat keberanian dan keteguhan hati untuk melawan musuh yang menebarkan kezaliman.Dan kata tersebut bisa disempitkan hanya menjadi kekerasan yang dilakukan secara serampangan dan semena-mena.
Dalam surat An-Nahl ayat 97,Allah SWT berfirman :
Barangsiapa yang mengerjakan amal soleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguh-nya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (Binjai,2006)

d. Menolong Masyarakat Untuk Beramal Sholeh
Salah satu keharusan terpenting yang harus diwujudkan oleh setiap mukmin adalah beramal shaleh.M. Quraish Shihab dalam bukunya Wawasan Al-Qur’an menyatakan bahwa kata shaleh terambiul dari kata shaluha yang merupakan lawan dari fasid (rusak). Amal shaleh adalah pekerjaan yang apabila dilakukan tidak menyebabkan dan mengakibatkan mudharat (kerusakan) atau apabila pekerjaan itu dilakukan akan diperoleh manfaan dan kesesuaian (Yani,2008).
Empat bentuk amal manusia yang dilandasi motivasi yang salah. Pertama,orang yang melakukan amal shaleh dengan berharap Allah akan menjaga dan mengembangkan harta yang dimilikinya. Kedua, beramal shaleh dengan niat ingin (riya’i) ; tak ada orientasi akhirat sama sekali. Ketiga, beramal shaleh semata-mata untuk mencari harta.Keempat seseorang yang melakukan aneka ketaatan dengan tulus ikhlas, namun dia melakukan amal kufur yang menyebabkan keluar dari Islam                         (Amirulloh,2007).
Bekerja bukan satu-satunyna jalan unttuk menjemput rezeki.Sebab, perlu kita ketahui bahwa selain rezeki yang regular (yang digantung), ada juga rezeki yang sifatnya istimewa, yaitu rezeki yang dijanjikan Allah dan datangnya tidak disangka-sangka adalah memperbanyak sedekah (Syarbini,2004).
Pemahaman dan pengamalan ajaran agama akan sangat bermanfaat mengukuhkan tata nilai yang berhubungan dengan tata kehidupan pribadi, keluarga, dan masyarakat. Seorang pemimpin perlu menjaga aqidahnya (Adjisoedarmo, 2014).

V.  PEMIMPIN BAGUS MORALITAS DAN PROFESIONAL

5.1 Pemimpin Bermoral
Pemimpin yang bermoral memiliki etika yang tinggi melalui sentuhan-sentuhan yang halus, seperti senyuman, perkataan yang menarik, serta sentuhan yang kasih sayang.Hal ini yang menjadikan tindakan-tindakan seseorang lebih fleksibel dan elegan, sehingga perasaannya terhadap orang lain meningkat. Pemimpin yang bermoral memiliki kejujuran, kasih sayang, kebijaksanaan, kesabaran dan kerendahan hati (As-Suwaidan,2005).
Pemimpin yang bermental dermawan yaitu seorang pemimpin yang bisa menjadi contoh/teladan/panutan di dalam memimpin suatu organisasi dengan mau mendermakan (mengorbankan) apa yang mereka miliki untuk disumbangkan demi kepentingan nusa, bangsa dan Negara (Marniyati,2010).
Moral  merupakan hal yang penting didalam diri seorang pemimpin. Seorang pemimpin harus memiliki moral yang baik, sehingga ia bisa menjadi panutan atau contoh bagi bawahannya. Baik buruknya moral pemimpin akan berdampak kepada kepemimpinannya didalam kelompok atau organisasi yang ia pimpin.. Dengan dasar takwa kepada  Allah mereka dapat memutar roda pemerintahan  dan memegang kendali kepengurusan dengan baik dan bertanggung jawab (Kartono,2005).

Terdapat nilai moral dalam islam yaitu :
a.      Tauhid (Nilai Kebebasan)
Arti tauhid adalah mengesakan Allah swt dan menjauhkan-Nya dari segala macam bentuk sekutu, dan memposisikan-Nya sebagai satu-satunya Tuhan yang berkuasa. Dialah Tuhan yang tidak butuh apa pun dan siapa pun, tapi dibutuhkan oleh semua makhluk yang ada di langit dan di bumi (Junaidi, 2007).
Menurut Widagdo (2013),Pemimpin yang bermoral harus berbuat adil terhadap semua rakyatnya tanpa memperdulikan SARA. Doktrin tauhid menolak segenap varian diskriminasi baik bentuk ras, kasta, maupun kelas. Konsep tauhid dengan ini dapat menjamin suatu tatanan masyarakat yang adil sejahtera dapat dibangun dengan membebaskan anggotanya dari penghisapan, feodalisme, dan penolakan terhadap perbedaan ras, kelas dan lain-lain.Pemimpin yang bermoral harus memiliki sifat tauhid ,sehingga tidak membeda-bedakan rakyatnya(Solehudin,2008).
Melihat permasalahan ketidakadilan dan ketidaksabaran dalam masyarakat, maka dapat timbul kelompok aniaya/dholim. Sedangkan pihak yang dianiaya tidak sabar dalam menghadap ketidakadilan ini. Munculnya ketidakadilan yang berwujud sewenang wenang disatu pihak dan ketidaksabaran dipihak lain dapat menyebabkan konflik.Allah SWT berjanji dalam banyak ayat bahwasanya orang yang aniaya/dholim pasti cepat atau lambat ia akan hancur.Hal ini dikarenakan perbuatan dholim adalah perbuatan yang dibenci oleh Allah swt (Sasongko,2008).

b.      Nikah (Nilai Keluarga)
Nikah adalah moral islam,sesuai dengan fitrah manusia yang ingin memiliki keluarga dan keturunan. Ayat Al Qur’an juga telah mengisyaratkan bagaimana hebatnya manusia diberikan fitrah atas asma Allah yang maha Pencipta dengan maha keagungan kreatifitasnya,memberikan kedamaian kepada manusia yang mengharapkan kedamaian,yang maha kasih sayang, yang dengannya manusia memiliki hasrat kasih sayang diantara sesama (Chailil, 2008).
Tujuan perkawinan ialah membebtuk keluarga yang kekal.Maka suami dan istri perlu saling membantu dan saling melengkapi agar dapat mengembangkan kepribadiannya sehingga mencapai kesejahteraan spiritual dan material        (Suherman,2006).
Tujuan orang membina rumah tangga adalah mencari kebahagiaan hidup.Di sinilah arti penting seni membina keluarga menjadi dominan.Konsep keluarga bahagia yang sangat populer dalam masyarakat kita adalah keluarga sakinah (yang mawaddah warahmah) (Mubaarok,2005).
      Menikah menjadi sunnah yaitu mana kala orang yang hendak menikah menginginkan sekali punya anak tetapi ia mampu mengendalikan diri dari perbuatan zina baik ia sudah berminat menikah atau belum walaupun jika menikah nanti ibadah sunnah yang sudah biasa ia lakukan akan terlantar. Haram,yaitu bagi orang yang apabila ia kawin,justru akan merugikan istrinya karena ia tidak mampu memberi nafkah lahir dan nafkah bathin (Adhim,2011).
c.       Hayati (Nilai Kemanusiaan)
Manusiasemuanyadimata Allah itusamasedrajat. Hal inidijelaskan pula dalampancasilasilake 2 yaitukemanusiaan yang adildanberadab, dijelaskan pula dalam Al-Qur’an surat al-hujaratayat 13 yang artinya : “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”( Universitas Islam Indonesia, 2003 ).
Kemanusiaan sebagai nilai luhur adalah pilihan perilaku yang dibangun berdasarkan atas nilai-nilai yang diyakini sehingga sering diposisikan sebagai nilai instrumental atau cara mencapai sesuatu atau sikap terhadap sesuatu(Ghufron, 2010).
Penerapan teologi yang saling menghormati, saling mengakui eksistensi, berfikir dan bersikap positif, serta saling memperkaya iman. Hal ini bertujuan untuk membangun interaksi umat beragama dan antarumat beragama yang tidakhanya berkoeksistensi secara harmonis dan damai, tetapi juga bersedia aktif dan pro-aktif  kemanusiaan(Maarif,2012).
Manusia diakui dan diperlakukan sesuai dengan harkat dan martabat sebagai makhluk Tuhan, yang memiliki kesamaan hak, kewajiban,derajat tanpa membedakan jenis,ras,suku, dan agama.Kegiatan kemanusiaan seperti membela kebenaran hal tersebut menunjukan bahwa manusia adalah sederajat (Rahayu, 2007).
d.      Adil (Nilai Keadilan)
Secara harfiah adil artinya meletakan sesuatu pada tempatnya. Karena itu adil adalah memberikan hak kepada setiap orang yang berhak dan menghukum orang yang bersalah sesuai dengan tingkat kesalahanya.Sikap adil akan mengantarkan manusia pada sikap takwa (Yani, 2006).
Al Qur’an dan al-hadits mengatur bagaimana bersikap adil dalam berbagai aspek kehidupan,dengan bersikap adil maka manusia akan menjadi orang yang bertakwa. Perilaku adil dapat diterapakan dalam kehidupan sehari hari seperti adil dalam membelanjakan harta, adil dalam hidup, adil dalam hukum, ail dalam memberikan kesaksian, adil dalam sikap (Suherman, 2008).
Pemimpin yang bermoral harus berbuat adil terhadap semua rakyatnya tanpa memperdulikan SARA.Dalam masyarakat yang semakin meluas, kemungkinan untuk komunikasi dan dengan demikian orang semakin dihadapkan pada perjumpaan yang lebih luas dan lebih beragam, soal nilai keasilan semakin mencuat, sebagai hal yang penting untuk menata kehidupan yang lebih bermartabat. Harus diakui bahwa paham keadilan sendiri mudah menjadi rancu.Keadilan berkaitan dengan hak. Tetapi, hak juga menunjuk adanya kewajiban(Darmin, 2007).
Menurut Santoso (2010) bahwa keadilan dapat dimengerti melalui beberapa pendapat,anatara lain pendapat Aristoteles bahwa keadilan dibedakan sebagai keadilan komutatif dan distributive.Keadilan tidak menuntut pembagian yang sama untuk setiap orang, tetapi berdasarkan perbandingan.
e.       Amanah (Nilai Kejujuran)
Amanah artinya bukan hanya menjaga barang titipan atau menjaga rahasia sebagaimana yang dipahami oleh orang. Amanah diefinisikan sebagai sifat yang tertanam didalam jiwa yang mendorong orang untuk amanah jiwa,keluarga,hak seluruh anggota masyarakat dengan cara mengontrol diri didalam jiwanya. (Mohamad,2006).
Islam memandang bahwa kejujuran dalam bekerja bukan hanya menjadi tuntutan, tetapi jauh dari itu, kejujuran mengandung nilai ibadah.Memenuhi amanah merupakan ibadah yang paling utama seseorang hamba kepada Tuhannya.Amanah berarti dapat dipercaya, jujur dalam berkata, dan berbuat sebagaimana dicontohkan Nabi Muhammad SAW (Amrin, 2006).
Keimanan yang kokoh akan memberikan kesadaran bahwa bahwa semua tindakan, perilaku, sikap akan dipertanggungjawabkan dihadapan Tuhan. Karena itu keimanan yang kuat merupakan pondasi agar tercipta kepemimpinan yang amanah (Suryadi,2004).
Pemimpin yang amanah juga dapat diartikan sebagai pemimpin yang jujur.Hal ini dikarenakan kejujuran merupakan dasar untuk menjadi orang yang amanah,karena orang yang amanah pasti merupakan orang yang jujur.Seorang pemimpin haruslah amanah dalam menjalankan tugas dan fungsi jabatannya, yang dalam standar paling dekat haruslah adil dalam penegakan hukum dan tidak korupsi di tengah-tengah masa jabatannya (Rahayu, 2007).
5.2Pemimpin Profesional
Pemimpin yang professional yaitu :
1.      Bekerja dengan memiliki keahlian
Bekerja secara professional dapat ditunjukan dengan bekerja sesuai dengan bidang yang dikuasaainya. Realitanya sekarang kebanyakan negara negara yang dikelola oleh umat islam kaya dengan sumber daya alam namun sayanngya umat islam tidak memilki keahlian untuk mengelolanya. Oleh karena itu Q.S 53 : 39 menegaskan bahwa seseorang tidak akan memperoleh sesuatu kecuali apa yang diusahakanya (Sulaiman, 2010).
Sudah menjadi fitrah jika seseorang bekerja keras dengan harapan busa menjadi kaya. Prinsip tersebut jelas dengan tidak membedakan antara lelaki dan perempuan. Bahkan prinsip tersebut juga berlaku bagi orang islam ataupun yang kafir (Enginer, 2007).
Keahlian terhadap suatu bidang dalam arti memiliki kompeten merupakan arti dari kerja secara professional. Siap untuk mengelola alam raya guna kesejahteraan rakyatnya. Dengan bekerja sesuai dengan bidang yang dimilikinya maka pekerjaan dapat terorganisir dengan tertib (Ahman dan Indriani , 2007).
     Modal utama dalam bekerja adalah potensi apa yang kita miliki, keterampilan apa yang dapat kita sumbangkan, dan keahlian apa yang mampu kita gunakan untuk mencapai prestasi tertinggi (Safaria dan Kunjana, 2004).
2.      Bekerja Dengan Pengetahuan
Manusia sebagai makhuk berjasmani dan beruhani dituntut untuk memenuhi hak dan kewajiban jasmani dan ruhaniahnya melalui bekerja.Bekerja mencari nafkah adalah kewajiban manusia untuk mempertahankan kelangsungan hidumya.Manusia dalam bekerja memenuhi kebutuhan hidupnya membutuhkan ilmu pengetahuan (Basyir, 2007).
Bekerja degan memanfaatkan ilmu pengetahuan yang ada bahwa pada dasarnya ilmu pengetahuan berasal dari indera.Ilmu pengetahuan menyaring pengalaman buakan imajinasi. Dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan akan memudahkan pekerjaan manusia (Haryono, 2004).
Ilmu pengetahuan memang sangat diperlukan, contohnya ada orang yang sudah memiliki kepercayaan yang tinggi tapi masih belum mampu mengembangkan kepemimpinan dirinya karena ia tak memiliki pengetahuan yang tinggi tentang kepemimpinan. Untuk itu, ia harus belajar dan berlatih tentang ilmu dasar kepemimpinan dan pengembangannya dan setelah itu iya harus terus melatih ilmu yang dia miliki (Multitama, 2007)
Xenophon mulai membawa kita menjauhi pendekatan situasional dalam arti sempit versi “orang yang tepat untuk suatu kegiatan tertentu”.Ia menunjukkan, tanpa memberi penjelasan khusus adanya pengetahuan yang lebih luas yang diperlukan seorang pemimpin yang baik, yang tidak sama dengan kecakapan, pengetahuan, dan pengalaman teknis atau profesional (Adair,2005).
3.      Kerjasama
Menurut Akhirudin (2009), kerjasama secara Syar’I merupakan konsekwensi dari keharusan untuk memberikan loyalitas kepada kaum muslimin. Hal tersebut dijelaskan dalam Q.S 5 ayat 2 mengnadung makna bahwa Allah swt memerintahkan kepada hambanya yang mukmin untuk saling bekerjasama didalam aktivitas kebaikan dan meninggalkan kemungkaran yang mana hal itu merupakan takwa.Allah swt melarang untuk saling bahu membahu di dalam kebatilan dan tolong menolong dalam hal haram.
Kerjasama diantara kaum muslimin meruapakan kekuatan dan pelindung. Nabi Muhammad SAW menyerupakan kerjasama diatara kaum muslimin , persatuan dan keteguhan mereka pada agama Allah dengan bangunan yang rapid an kuat sehingga mengokokohkan. Demikian kaum muslimin semakin bertambah kokoh dengan saling menolong diantara mereka ( Hidayati dan Genggor, 2006 ).
Tolong menolong atau bekerjasama dalam kebaikan dan menjauhkan dari tolong menolong dalam kejahatan merupakan dasar kehidupan keluarga dan merupakan tiang tegaknya suatu bangsa. Rossul saw pun pernah mengadakan perjanjian dengan kaum yahudi dalam hal kebaikan (Jenggis, 2011).
Kerjasama adalah suatu usaha antara orang perorangan atau kelompok manusia diantara kedua belah pihak untuk tujuan bersama sehingga mendapatkan hasil yang lebih cepat dan lebih baik.Kerjasama sendiri mengandung arti mau menerima saran dan gagasan orang lain(Rangkuti, 2006).
4.         Menghargai Waktu
Bekerja secara profesional dapat dilakukan dengan menghargai waktu yang tersedia. Manusia dapat mencapai pekerjaan apabila ia dapat memanfaatkan karunia Tuhan, yakni potensi diri dalam setiap satuan waktu, tanpa pernah kehilangan waktu mubadzir.Waktu yang berkualitas merupakan refleksi dari berharganya setiap detik yang  dilalu(Misrawi, 2007).
Manusia akan merugi apabila ia tidak beriman, tidak mengkritisi, tidak beramal sholeh dan tidak menggunakan jadwal. Kebiasaan menunda waktu cepat atau lambat akan membuat hidup manusia menjadi tidak bermanfaat. Sebaliknya, kebiasaan mendisplinkan waktu akan menuai banyak nikmat dan manfaat (Muhaemin, 2008).
 Seorang pemimpin yang mampu  menghargai waktu dengan menggunakan setiap waktu yang dimiliki secara efisien. efisien menurut kamus besar bahasa Indonesia yaitu tepat atau sesuai untuk menjalalankan  (menghasilkan sesuatu dengan tidak membuang-buang waktu, tenaga, biaya), mampu menjalankan tugas dengan tepat dan cermat, berdaya guna, bertepat guna (Mangkuprawira, 2011).
”Demi waktu. Sesungguhnya manusia ada dalam kerugian.” Dalam Alquran surat Alashr ayat 1 dan 2 ini, Allah SWT bersumpah dengan salah satu makhluknya, yaitu waktu. Sumpah Allah ini menandakan bahwa waktu memiliki arti yang sangat penting untuk senantiasa diperhatikan oleh manusia. Pemimpin yang professional mampu membagi waktunya dengan baik, tentunya diisi dengan kegiatan yang positif (Harefa, 2005).
5.         Bekerja dengan Sungguh-sungguh
Bekerja sepenuh hati artinya sungguh-sungguh, optimal dan penuh tanggung jawab. Bekerja cerdas ialah bekerja dengan disertai kompetensi dalam bidang kerja itu. Bekerja jujur berarti bekerja sesuai pedoman dan norma etika kerja serta ketentuan aturan dan hukum (Oetomo,2009).
Dalam AL-qur’an Allah tidak memerintahkan hanya asal bekerja saja namun harus dengan sungguh-sungguh, sepenuh hati. Ditegaskan dalam surat Al-ashr ayat 5-6 yang artinya “ karena sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan. Al-Quran tidak memberi peluang kepada seseorang untuk  tidak  melakukan suatu  aktivitas  kerja  sepanjang  saat yang dialaminya dalam kehidupan dunia ini. (Shihab, 2007).
Seorang pekerja keras akan melakukan pekerjaannya dengan baik dan benar. Seorang pekerja keras tidak akan bermalas-malasan atau berpangku tangan melihat orang lain bekerja. Ia sangat ringan tangan untuk membantu orang lain yang membutuhkannya(Anwar, 2007).
Bekerja sepenuh hati artinya sungguh-sungguh, optimal dan penuh tanggung jawab.Sesungguhnya tawakal berhubungan langsungdengan tindakan bekerja yang dikejakan secara bersungguh sungguh. Artinya orang orang yang bersungguh sungguh bertawakal adaah orang yang bersungguh ungguh bertindak dan bekerja (Sirsaeba, 2007).
6.      Bekerja Sebagai Sebuah Amanah
Menjadi seorang pemimpin merupakan sebuah amanah yang harus dipelihara dalam arti dijalankan dengan sebaik baiknya yaitu sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Amanah merupakan tugas yang diberikan kepada dan oleh seseorang pemimpin yang harus ditepati guna mensejahterakan rakyatnya (Buhairi, 2004).
Bekerja sebagai amanah mengandung makna bahwa sesuatu yang diserahkan kepada pihak tertentu karena yakin dan percaya bahwa ditanganya sesuatu yang diserahkan itu akan aman. Menunaikan amanah merupakan kewajiban dan panggilan iman bagi kaum muslim (Supriono, 2006).
Secara global bisa dikatakan bahwa setiap individu manusia menyandang amanah untuk menjadi khalifah dimuka bumi. Amanahnya pun makin bertambah dikala komunitas masyarakatnya memilih untuk mewakili mereka. Amanah yang didapatkan dari komunitas masyarakatnya ini harus dilaksanakan dengan baik. Tetapi kualitas keimanan  seseorang pemimpin  sangat bergantung pada apakah dia bisa menjalankan amanah menepati janji untuk mensejahterakan rakyat apa malah justru berkhiana.  (Jazuli,2006).
Pemimpin haruslah amanah. kepemimpinan dan kekuasaan adalah amanah yang berat dan berbahaya. Siapa yang diberi amanah seperti ini hendaklah ia benar-benar menjalankannya dan jangan bersifat khianat. Jika ia menjalaninya dengan benar dan punya kapabilitas di dalamnya, maka ia akan mendapatkan keutamaan yang besar berupa naungan Allah pada hari kiamat kelak (Tangkilisan,2009).
7.      Bekerja Sebagai Sebuah Ibadah
Menurut Hidayat (2008), ibadah merupakan kesadaran beragama pada manusia dalam  membawa konsekwensi manusia itu melakukan penghambaan kepada Tuhannya. Ajaran Islam menerangkan bahwa manusia itu diciptakan untuk menghamba kepada Allah, atau dengan kata lain beribadah kepada Allah. Ibadah ini harus dilakukan dengan penuh ketaatan dan ketundukan kepada Allah swt.
Segala sesuatu yang bernilai baik menurut pandangan Allah swt. disebut ibadah. Allah telah mengutus para Rasul-Nya, untuk mengajarkan melalui kitab-kitab yang diturunkan Allah, tentang tata cara ibadah yang baik dan benar. Ibadah artinya taat, patuh, tunduk, dan menurut . Allah swt. dan menjauhi segala larangan-Nya serta bertanggung jawab dengan tujuan penciptaan itu (Syaikh, 2010).
Ibadah mendorong kita dekat dengan Tuhan. Ibadah sekaligus mendekatkan kita dengan sesama  dan masyarakat. Dari sinilah diantaranya makna ungkapan bekerja adalah ibadah. Bagi masyarakat Indonesia, kebajikan bekerja adalah ibadah amat sangat tepat. Kita perlukan budaya kerja yang sepenuh hati, cerdas, dan jujur (Oetama,2009).
      Bekerja adalah ibadah merupakan hal yang langka.Berbagai cara kita lakukan untuk mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya tanpa berfikir pada ibadah. Bekerja sebagai ibadah dengan ikhlas merupakan sesuatu yang sangat sulit dicapai. Meskipun demikian, kita berusaha untuk dapat bekerja sebagai ibadah dengan iklas karena merupakan modal yang luar biasa nilainya (Suyanto,2009).
8.         Pengendalian Mutu
Pengendalian (controlling) didefinisikan sebagai proses mementau kinerja dan mengambil tindakan untuk meyakinkan bahwa suatu hasil tercapai. Pengendalian merupakan suatu aktivitas yang berupa proses memantau. Terdapat objek yang dipantau yaitu kinerja (Christiawan, 2005).
Pengendalian mutu terpadu adalah suatu sistem untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil kerja sehingga dapat memberikan kepuasan kepada pemakai atau pelanggan serta untuk meningkatkan produktivitas sumberdaya manusia dan perusahaan (Kuswadi,2004).
Melaksakan pengendalian mutu berarti menggunakan pengawasan mutu sebagai dasar ; melaksanakan pengendalian biaya, harga, dan laba secara terintegrasi ; pengendalian jumlah dan tanggal pengiriman. Mutu adalah karakteristik barang atau jasa untuk kepuasan pelanggan. Di sini istilah “mutu” diterapkan secara luas, yaitu mutu pekerjaan, mutu pelayanan, mutu informasi, mutu proses,mutu divisi, mutu orang (kayawan), mutu system, mutu perusahaan, serta mutu tujuan (Mulianto,2006).
Evaluasi akan berjalan baik dan efektif apabila Anda bertanya dan mendengarkan jawabannya. Anda tidak perlu berperan sebagai seorang psikolog amatir. Anda cukup bertanya, mendengarkan, dan mengamati. Alangkah lebih ideal jika sebelum evaluasi berjalan anda sudah berinteraksi sebelumnya sehingga diskusi selanjutnya menjadi lebih efektif (Wardana,2007).
VI. PENUTUP

6.1   Kesimpulan
1.     Pemimpin merupakan panutan bagi pengikutnya,sehingga seorang pemimpin bertugas mengarahkan pengikutnya untuk turut serta terlibat dalam mencapai tujuan bersama.
2.     Pemimpin haruslah mempunyai kekuatan yang dapat digunakanya sebagai pandangan hubungan kerja yang harus dilakukan antara pemimpin dan pengikutnya.
3.     Pemimpin dalam pandangan Islam haruslah mempunyai karakter yang jujur, sabar, komunikatif, berkompeten, pandai bermusyawarah, inspiratif, dan rendah hati.
4.     Pemimpin yang menjaga dengan baik hubungannya dengan Tuhan maka akan menciptakan kesejahteraan, kenyamanan, dan kebahagiaan dalam masyarakat.
5.     Seseorang harus dapat mengefisienkan waktu dan apa yang didapatkannya dari Tuhan agar menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.
6.     Seseorang  harus mempunyai jiwa penolong dalam hal kebaikan.
7.     Seseorang harus mempunyai moral yang baik.
8.     Seseorang harus pandai dalam bekerjasama, menghargai waktu, mengendalikan mutu pada diri dan apa yang dikerjakannya, bekerja dengan sungguh-sungguh tanpa melupakan ibadah, bekerja sesuai keahlian dan jujur dalam mengerjakan sesuatu yang dibebankan padanya.

6.2   Saran
Pemimpin yang dibutuhkan saat ini tidak hanyadapat tampil dengan kegagahanya, akan tetapi dibutuhkan pemimpin yang dapat membangun kembali karakter bangsa yang bermoral serta bangsa yang memiliki pemimpin yang patut dicontoh oleh masyarakat dalam ibadahnya,salah satunya dengan mendekatkan hubungan dengan Allah SWT.
Pemilihan pemimpin yang dilaksanakan di Indonesia  membutuhkan pertimbangan yang matang bahwa masyarakat diharapkan dapat  memilih pemimpin yang berkarakter islami seperti yang terdapat didalam paper yang telah diselesaikan.